Bukti Kekejaman Kristen Dalam Sejarah


Oleh : Sang Misionaris.

Pendahuluan
    Membahas peradaban Barat, tentunya tidak akan terlepas dari Kristen, dan saat kita membahas tentang Kristen, tentunya kekejaman yang dilakukan oleh Kristen dalam sejarah pun tidak luput dari pembahasan. Kearogansian pihak Gereja terhadap yang berbeda pendapat, pada akhirnya telah melahirkan tindakan kekerasan dan penganiayaan dimana-mana. Meski dalam peperangan sekalipun, tidak ada etika peperangan yang baik yang bisa ditampakkan oleh Kristen, kecuali kesadisan dalam membunuh yang tidak pernah pandang bulu. Dengan adanya sejarah hitam Kekristenan tersebut, tentunya hal tersebut telah membuktikan kepada kita bahwa Kristen yang memiliki slogan sebagai agama kasihnya tersebut, hanya sebagai sebuah isapan jempol belaka. Dengan adanya berbagai bukti tentang kekejaman Kristen dalam sejarah, Robertson memberikan pandangannya, “Jika kebaikan Kristen sebagai kekuatan budaya dengan cara apa pun ditentukan oleh pengaruh dalam pekerjaan menumpahkan darah, dan pembantaian wanita sendiri pun layak mendapatkan rekaman sejarah secara tersendiri pula, maka dalam catatan tersebut, tentunya Kristen lebih rendah dari keyakinan lainnya.”1 Ketika kekejaman sudah menjadi hal yang biasa dilakukan, dan pembunuhan yang dilakukannya pun bagaikan menuangkan air di gelas, lalu sebelah mananya Kristen masih diyakini sebagai agama Kasih di saat ayat-ayat pada Alkitabnya pun telah mengisahkan banyaknya kekerasan, kekejaman, dan pembunuhan ?

Penganiayaan Kristen Di Bawah Naungan Gereja
    Ketika hubungan antara Gereja dengan negara semakin membaik dan bahkan Kristen dijadikan sebagai agama resmi, pada akhirnya segala fasilitas sosial dapat dinikmati oleh pihak Gereja dan juga pemimpinnya. Orang-orang Kristen ikut andil dalam pemerintahan dengan menjadi seorang pegawai negeri, dan hakim di pengadilan. Para Klerus, memperoleh martabat sipil, sejumlah Gereja dibangun dengan megah dan mewah. Dan ketik Kristen belum menjadi agama resmi, sebenarnya orang-orang Kristen pernah menikmati hidup dalam dunia kekaisaran, meskipun hanya sekedar menjadi seorang tentara Kerajaan. Bapa-bapa Gereja seperti Eusebius dan Tertulianus, memberikan kesaksiannya bahwa pada akhir abad ke-2 M, orang-orang Kristen sudah ada yang menjadi tentara di kemiliteran Romawi. Bahkan di dalam pasukan Konstantinus sendiri, terdapat orang-orang Kristen yang menjadi tentara. Salah satunya ialah Pachomius, yang di kemudian hari menjadi seorang Kristen Monastik.2
    Dengan adanya berbagai kemudahan yang didapatkan oleh seseorang saat ia menjadi seorang Kristen, tentu saja mengakibatkan banyak orang tertarik untuk menjadi  Kristen. Banyaknya orang yang menjadi Kristen, sebenarnya hal itu disebabkan karena adanya permasalahan situasi dan status sosial kala itu, terlebih adanya kemudahan persyaratan yang diberikan bagi siapapun yang ingin masuk Kristen. Ketika Kristen menjadi agama resmi, ternyata ajaran Kristen tidak mampu memberikan rasa keadilan terhadap semua lapisan masyarakat, yang hal tersebut dibuktikan dengan adanya tindakan deskriminatif yang masih didapatkan oleh orang-orang non-Kristen kala itu. Dan kondisi demikian, ternyata telah dibenarkan oleh Wegman dengan menyatakan, “bahwa budak seorang Kristen mendapatkan perlakuan yang baik daripada budak non-Kristen, keanggotaan Gereja mempermudah seseorang untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.”3   
    Ketika Gereja mendapatkan berbagai kemudahan dari Kaisar, tentunya hal itu telah membuka suatu jalan yang mengakibatkan para pemimpin Gereja harus takluk dan tunduk pada perintah Kaisar.4 Adanya keharusan untuk tunduk pada perintah Kaisar, hal tersebut didasari dari adanya keyakinan masyarakat Romawi kala itu, bahwa seorang Kaisar adalah Tuhan.5 Bagi umat Kristen, tentu saja kondisi seperti itu membawa mereka ke dalam situasi yang sangat sulit dalam menentukan ketaatannya, apakah kepada Tuhan yang mereka imani selama ini ataukah kepada Kaisar yang telah memberikan kepada mereka kebebasan dalam beribadah. Dan bagi generasi Kristen selanjutnya, ternyata hal tersebut telah melahirkan sikap yang dilematis pula bagi mereka di kemudian hari, yakni adanya keharusan untuk memilih taat terhadap Kaisar ataukah kepada Paus.
    Lahirnya pertikaian teologis, tidak jarang melahirkan tindak kekerasan dan juga pembunuhan dalam dunia Kekristenan. Pada masa Arius, pemandangan kekerasan dan pertempuran yang menelan ribuan jiwa, merupakan hal yang biasa terjadi pada masa itu. Wilayah Aleksandria, yang menjadi tempat tinggal Arius, menjadi ladang pertikaian yang sangat ganas. Gibbon mencatat, satu insiden kekerasan tersebut telah menelan korban sebanyak tiga ribu seratus lima puluh  jiwa.6 Dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh Kristen di masa silam, Durant berpendapat, “mungkin lebih banyak penganut Kristen yang dibantai oleh orang Kristen sendiri dalam dua tahun, dari pada jumlah semua orang Kristen yang dianiaya dalam sejarah Roma.”7 Dengan adanya kejadian tersebut, tentunya hal itu membuktikan bahwa ketidaktoleransian merupakan bagian dari Gereja, yang sekaligus menafikan tentang adanya ajaran kasih dalam Kekristenan.
    Pada saat Kristen di gerogoti dari dalam, yang terbukti dengan banyaknya keyakinan-keyakinan yang dianggap menyimpang oleh Gereja, akhirnya Bapa-bapa Gereja melakukan perlawanan secara apologis. Ketika pertikaian teologis semakin bergejolak, pada saat itu Gereja seolah-olah mendapatkan kekuatan baru dalam meredam para bidat dengan adanya sebuah ungkapan yang cukup terkenal pada abad ke-3 M, yakni Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS), di luar Gereja (Katolik) tidak ada keselamatan, yang ungkapan tersebut berasal dari Cyprianus. Tidak saja Cyprianus yang berpandangan demikian, Agustinus pun menyatakan hal yang serupa bahwa di luar Gereja Katolik ada apa saja, kecuali keselamatan. Dan pandangan tersebut menjadi popular sejak disebarluaskannya oleh seorang teolog yang sekaligus menjadi seorang muridnya Agustinus dan juga Uskup, yakni Fulgentius (467-533 M). Ungkapan, “di luar Gereja (Katolik) tidak ada keselamatan”, merupakan sebuah ungkapan yang bersifat apologetik yang ditujukan kepada para bidat dalam Kekristenan, yang pada akhirnya, ungkapan tersebut selalu dibawa-bawa dalam semangat ideologis seiring dengan perjumpaan, konflik, dan pertentangan dengan aneka kepercayaan dan kebudayaan lain di luar Eropa.8
    Dengan adanya semangat EENS, tentu saja Gereja semakin memiliki legitimasi dalam melakukan pengutukan, ataupun mengambil tindakan secara represif terhadap suatu gerakan atau pemahaman dari sekelompok atau seseorang yang dinilai sesat oleh Gereja, disamping melakukan pengklaiman secara sepihak terhadap pihak lain bahwa selain ajaran yang mereka imani, semuanya sesat. Hal tersebut terbukti ketika Cyprianus, Galileo, dan Giordano Bruno, mendapatkan hukuman mati setelah mereka berseberangan dengan pihak Gereja. Tidak hanya itu, Maximus si Pengaku, mengalami kondisi yang sangat naas, lidahnya harus dipotong dan tangan kanannya dikerat sebagai hukuman yang ia dapatkan karena menentang ketetapan atas apa yang telah disahkan oleh Paus Honorius I. Terjadinya pertikaian tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pandangan tentang adanya jumlah tabiat yang terdapat pada Yesus.9 Sedangkan pada masa reformasi Gereja Katolik, tokoh Reformator yang bernama Marthin Luther pun tidak luput dari hukuman mati yang diberikan oleh Gereja. Meskipun pada akhirnya ia pun selamat dari hukuman mati tersebut, yang disebabkan karena adanya penculikkan yang telah dilakukan oleh salah satu temannya.10 Tidak hanya itu,  Paus Stephen, pernah melakukan penganiayaan kepada Paus lainnya dengan cara mencungkil kedua matanya Konstantin dan juga memotong lidahnya Uskup Theodorus. Perlakuan tersebut, ternyata dialami pula oleh Paus Leo II yang kedua matanya dicungkil dan lidahnya dipotong pada tahun 795 M. Bahkan di masa Paus Sthephen VII, telah terjadi pemotongan tiga jari dan kemaluan, yang mayat-mayatnya dibuang ke sungai Tiber.11
    Pada masa awal abad pertengahan, terlihat tidak adanya perbedaan secara tegas antara Gereja dan dunia. Kaisar dan Uskup, sama-sama menganggap bahwa mereka memerintah berdasarkan atas kehendak Ilahi. Sejak masa pertengahan abad ke-11 dan seterusnya, beberapa Paus, termasuk Gregorius VII dan Innocentius III, berjuang melawan para Kaisar Romawi demi menguasai seluruh masyarakat Eropa.12 Usaha Paus Gregorius VII (1033-1085) dalam mengakhiri penahbisan para Uskup yang dilakukan oleh para penguasa, berakhir dengan adanya pemisahan secara sistematis antara hal-hal yang suci dan hal-hal yang sekuler di dalam kebudayaan Barat, dan hal tersebut ternyata membuka jalan bagi sekularisasi untuk memasuki kebudayaan Barat di kemudian hari.13 Dan tidak hanya Paus Gregorius VII yang berusaha demikian, Paus Nikolas II (1058-1061) pun mencurahkan perhatiannya secara serius dalam membatasi dominasi pemerintah, dalam hal ini Kaisar, untuk tidak mencampuri urusan Gereja. Pengangkatan Uskup dan Imam tidak lagi dilakukan oleh Kaisar, melainkan oleh pihak Gereja.
    Dari adanya pembatasan wewenang, baik bagi Kaisar maupun Paus, tenyata tidak luput dari konflik. Secara umum, awal pembaruan dimulai dari biara Cluny-Prancis (909-1790) yang tidak saja memulai pembaruan dengan motivasi kembali secara radikal kepada Regula Santo Benediktus, yakni tentang kemiskinan, kemurnian, ketaatan, dan dalam kehidupan peribadahan, melainkan berperan pula dalam menyelesaikan konflik antara Kaisar dan Paus. Pada masa genting tersebut, Gereja dipimpin oleh Paus Gregorius VII, sedangkan Kaisarnya ialah Hendrik IV. Ketika Paus melarang campur tangan pemerintah dalam Gereja, Hendrik dengan dukungan para Uskup dari Jerman akhirnya melakukan perlawanan terhadap kuasa Paus. Akibatnya, Kaisar memecat Paus setelah mengadakan Sinode dengan para Uskup di Worms. Namun sebaliknya, Paus pun tidak tinggal diam pula menghadapi hal itu. Dengan mendapatkan dukungan dari Kaisar Jerman, ia menentang keputusan Kaisar Hendrik IV, dengan menggunakan senjata ampuhnya, yakni melakukan pengucilan atau mengekskomunikasikan Hendrik IV dari Gereja dan mengajak rakyat untuk melakukan pemberontakan terhadap Kaisar Hendrik IV. Siasat Paus tersebut ternyata ampuh, yang mengakibatkan Hendrik mengalami kekalahan yang ditandai dengan adanya permohonan ampun kepada Paus pada tahun 1077 M. Namun ternyata, Hendrik kembali melancarkan niatnya untuk menguasai Paus dan memecatnya. Akhirnya, Paus Gregorius VII diturunkan sebelum waktunya dan digantikan dengan Clemens III dari Ravena. Dan untuk mengakhiri pertikaian antara Paus dan Kaisar, akhirnya keduanya mengambil jalan tengah. Uskup diangkat oleh Klerus yang disahkan oleh Paus dengan memberikan cincin dan tongkat Uskup sebagai tandanya, dan disetujui oleh Kaisar dengan cara memberikan pangkat Raja kepada Uskup dengan memberikan tongkat kerajaan, yang kini disebut sebagai tongkat gembala.
    Apapun hasil dan motivasi atas adanya pertikaian antara Kaisar dan Paus, tentu saja hal tersebut mengisyaratkan bahwa kedudukan Paus telah mulai dipertentangkan di dalam Kekristenan.14 Dan jauh sebelum terjadinya kekerasan antara Paus dengan Kaisar, Ambrosius dari Milan justru telah mengambil langkah penting dalam mensakralkan kekerasan dalam dunia Kristen. Misalnya, Ambrosius memandang tentang adanya perjuangan antara dua Kaisar yang saling bersaing, yaitu Teodosius dan Eugenius, sebagai perjuangan suci, dalam terminologi yang berasal dari Alkitab Ibrani. Ambrosius percaya bahwa dalam pertempuran pada bulan September 394 M, Allah menurutnya telah berperang demi Teodosius, dengan mengirimkan angin yang kuat, yang meniup balik anak-anak panah dan tombak-tombak dari pasukan Eugenius, serta menggerakkan bala tentara Teodosius dengan lebih kuat. Ambrosius memahami angin tersebut sebagai tindakan Allah dalam melindungi Teodosius, seperti halnya ketika Allah menolong Musa, Yosua dan Daud.15

Ayat-Ayat Kekerasan Dalam Alkitab Dan Pengimplementasiannya
    Augustinus adalah orang orang yang telah menciptakan teologi penindasan terhadap lawan-lawan religiusnya. Jika Eusebius merayakan gagasan Kekaisaran Kristen Romawi, maka Augustinus telah menyangkal setiap peran religius apa pun bagi negara. Namun demikian, ketika ditentang oleh para bidah Donatis di Afrika Utara, Augustinus justru malah berpaling kepada kekuasaan negara untuk menindas para lawannya, memenjarakan dan bahkan menghancurkan Gereja-gereja mereka.16 Dalam menghadapi para bidah, ia membenarkan tentang adanya penganiayaan dan pembunuhan dengan cara menggunakan penafsiran alegoris terhadap Lukas 14:23, “paksalah orang-orang, yang ada disitu, masuk karena rumahku harus penuh.” Augustinus, menggunakan ayat tersebut sebagai bentuk pembenaran Ilahi bagi penindasan atas para bidah dengan kekerasan yang dilakukan oleh Kaisar Kristen. Ketika Kaisar Romawi pindah ke Konstantinopel, Italia tengah semakin berada di bawah kekuasaan Uskup Roma.17 Dan di kemudian hari, akhirnya para pemimpin Gereja memiliki kekuasaan untuk memerintah dan memimpin peperangan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
    Alkitab, telah meninggalkan warisan yang begitu ambigu bagi Gereja, dan tradisi Katolik pada abad pertengahan telah mengikuti kedua sisi warisan itu. Di satu pihak, penggunaan kekerasan yang dinilai suci, secara eksplisit dikuduskan oleh para Paus, Uskup, dan para anggota inkuisisi. Pola-pola penyingkiran, pengkambinghitaman, dan penganiayaan telah mendominasi hubungan antara Kristen dan Yahudi selama berabad-abad. Namun di pihak lain, kenangan terhadap kasih Yesus yang dinilai oleh Kristen tanpa melakukan kekerasan yang merangkul semua orang, telah dianggap tidak mengalami kepunahan, sebagaimana yang dilakukan oleh Fransiskus Asisi yang telah menerapkan pola hidup asketisme, meskipun di tahun 1219 M, ia justru malah menggabungkan diri ke dalam pasukan Perang Salib menuju Mesir dan akhirnya menjadi tawanan di sana. 18
    Kekerasan setidaknya bisa kita dapat definisikan sebagai usaha individu atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya terhadap orang lain melalui cara-cara non-verbal, verbal atau fisik, yang hal tersebut dapat menimbulkan luka secara psikologis maupun secara fisik.19 Walaupun kekerasan menusiawi berakar dalam pola agresi di antara primata, namun manusia telah mengubah agresi tersebut melalui kesadaran diri secara reflektif dengan menggunakan simbol-simbol dalam membenarkan tindak kekerasan yang dilakukannya. Kekerasan manusia bukanlah naluri, melainkan sebuah tindakan yang disengaja. Dari awal sejarah, simbol-simbol religius telah memainkan peranan secara potensial dalam mendukung tindak kekerasan di dalam berbagai perang suci dan pengorbanan berdarah. Meskipun demikian, suatu tindak kekerasan bisa dinilai logis jika sekedar untuk melindungi diri dari suatu bahaya yang akan menimpanya. Dengan kata lain, memahami suatu sebab terlebih dahulu sebelum memberikan penilaian, tentunya sedikit banyaknya akan membuat kita bisa bersikap obyektif. Karena tidak sedikit, orang-orang Kristen menuding Islam dengan jihadnya, menganggap sebagai agama yang penuh teror dan kekerasan.  Namun  di sisi lain, mereka pun tidak mengetahui dan memahami tentang alasan umat Islam  dalam melakukan jihad.
    Tradisi perang suci memiliki dampak sejarah yang sangat panjang, baik dalam kehidupan Israel maupun dalam Kekristenan di kemudian hari. Namun demikian, tidak berarti bahwa di dalam tradisi Alkitab itu sendiri tidak ada kritik. Misalnya Kitab Yunus dan Nahum, isinya menyatakan dengan jelas tentang adanya perbedaan perspektif mengenai penyataan Allah dan kekerasan. Latar belakang kedua kitab ini adalah kekuasaan Kerajaan Asyur dengan Niniwe sebagai ibu kotanya. Misalnya dalam Nahum 3:2-3, Nahum menyajikan gambaran yang hidup mengenai penghancuran berdarah kota Niniwe. Dalam pengharapan bagi kehancuran Niniwe, Nahum melihat tangan Yhwh. Ia memohon kehendak Yhwh sebagai pembenaran atas adanya kekerasan terhadap Niniwe. Orang-orang Niniwe yang telah menyembah para Dewa, dianggap layak untuk mati, sehingga suatu hal yang baik jika para penakluknya membunuh mereka. Tidak hanya itu, kita pun mendapatkan gambaran lain tentang adanya tindak kekerasan sebagaimana yang diceritakan di dalam Perjanjian Lama (PL). Misalnya, permintaan Samuel yang mengatasnamakan Yhwh, agar membunuh semua laki-laki, perempuan, anak kecil, bayi, dan semua binatang milik Amalek (1Samuel 15:3). Atau perintah Musa yang juga diberikan atas nama Yhwh, untuk membunuh semua anak laki-laki dari bangsa Midian dan juga perempuan Midian yang sudah tidak lagi perawan (Bilangan 31:18). Atau perintah Yosua untuk membunuh semua penduduk Ai menurut kehendak Ilahi (Yosua 8:24-25), yang harus dihubungkan dengan pembelaan Paus Yohanes Paulus II terhadap kehidupan manusia yang tidak berdosa.20 Bahkan Yesus pun sebagaimana yang dikisahkan pada Injil, yang telah disinggung pada artikel ini, telah melontarkan cacian kepada Yahudi yang mengakibatkan terjadinya anti-Semit di kalangan umat Kristen. Dan dengan gaya penyampaian Yesus yang bersifat perumpamaan bahwa barangsiapa yang tidak setuju bahwa ia adalah raja, maka orang tersebut pun harus dibunuh (Lukas 19:27).  
    Tentang adanya narasi peperangan yang terdapat dalam Alkitab, Susan Niditch telah melakukan pengidentifikasian dengan mengungkapkan berbagai model peperangan yang terdapat pada Alkitab Ibrani, diantaranya :21
  1. Menuntut adanya pembinasaan terhadap seluruh musuh, baik laki-laki dan perempuan, kanak-kanak dan dewasa, untuk dijadikan sebagai korban bagi Allah. Sedangkan para pembunuhnya tidak dituntut bertanggung jawab, karena hal tersebut dianggap sebagai kehendak Allah bahwa musuh harus dibunuh (misalnya : Ulangan 2:34-35; Yosua 6:17-21, 8:2, 24:28).
  2. Ideologi perang yang lain menghendaki adanya pemusnahan musuh seluruhnya yang dianggap sebagai orang-orang yang berdosa, yang mendapatkan hukuman karena sebagai bentuk hukuman Ilahi (misalnya : Ulangan 13:12-18, 20:10-18).
  3. Tradisi Imam menuntut dengan tegas adanya pembinasaan terhadap musuh dikarenakan ketidaksuciannya (misalnya : Bilangan 31:18).
  4. Tradisi puitis mengagungkan perang sebagai sesuatu yang indah dan mulia, memuji kepahlawan dan membesarkan hati prajurit. Bagi tradisi ini, perang merupakan sebuah pertandingan yang harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku demi mendapatkan kehormatan (misalnya : 1Samuel 17:1-54; 2Samuel 2:12-16; 2Raja-raja 6:22-23).
  5. Model peperangan lainnya ialah memfokuskan pada pihak yang lemah dengan cara melakukan penipuan, dan menggunakan dalih dan kebohongan untuk memperoleh kemenangan dalam melawan musuh yang dianggap kuat (misalnya : Hakim-hakim 3:12-20; 14-1519-21).
  6. Ideologi asas manfaat ini memandang bahwa semua alat dibutuhkan dan dibenarkan dalam peperangan. Misalnya seperti yang terjadi pada kasus Daud yang dengan kezalimannya itu ternyata mendatangkan kesuksesan (2 Samuel 5:6-8; 8:2).
Sedangkan teks-teks pada Perjanjian Baru (PB), telah mengutip berbagai cerita Israel mengenai perang suci sebagai pertanda kuasa dan pertolongan Allah. Dalam kata-kata yang diucapkan sejenak sebelum kemartirannya, Stefanus mengingat perang suci kuno dalam penaklukan Palestina sebagai contoh perbuatan Allah (Kisah Para Rasul 7:45). Bahkan, kekerasan Ilahi telah mengancam Kristen mula-mula sendiri jika perbuatan mereka tidak berkenan bagi Allah, sebagaimana Ananias dan Safira yang telah berbohong mengenai sumbangan mereka bagi persekutuan Kristen, Allah memukulnya dengan kematian (Kisah Para Rasul 5:1-11). Namun, jika kita menengok tentang apa yang telah dilakukan oleh Yakub di dalam PL, yakni melakukan kebohongan kepada ayah dan kakaknya sendiri demi mendapatkan berkat, justru ia sendiri tidak mengalami kematian (Kejadian 25:29-27:29). Dalam PB, perumpamaan-perumpamaan Yesus sendiri pun menyajikan berbagai peristiwa kekerasan sebagai simbol kekuasaan Allah, sebagaimana narasi yang mengisahkan tentang para tamu yang tidak hadir dalam pesta pernikahan (Matius 22:2-10).
    Tidak hanya teks-teks pada Alkitab yang mengisahkan tentang adanya kekerasan, dan juga pembunuhan, namun dalam kenyataannya, ternyata Kristen pun telah melakukan berbagai peperangan yang mengatasnamakan Tuhan. Alih-alih ingin meredam para bidat dan menyampaikan kebenaran, namun nyatanya Kristen tidak bisa menghindari terjadinya tindak kekerasan dan juga pembunuhan, yang secara implisit, tentu saja apa yang mereka lakukan mengatasnamakan Tuhan. Tahun 1555 M, Raja Philip II menggantikan ayahnya sebagai tuan atas negeri-negeri Belanda dan meneruskan politik Charles V dalam memperkuat kuasa Gereja Katolik Roma, dengan cara melakukan pembagian atas keuskupan yang baru. Namun, kebijaksanaan ini ternyata menimbulkan perlawanan, baik dari kaum Protestan maupun dari kaum bangsawan Katolik, yang pada akhirnya melahirkan pemberontakan (1566 M), dan pemerintah akhirnya memberikan tanggapan kepada mereka dengan tindak kekerasan. Banyak orang yang meninggal dunia dan mengakibatkan ribuan orang Protestan lainnya mengungsi ke negara-negara lain. Dan di Jerman, telah terjadi Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648 M), yang kejadian tersebut tidak terlepas dari adanya penyebaran Calvinisme di Jerman, yang mengakibatkan banyak orang-orang Protestan pada akhirnya mengalami penderitaan, dan juga kematian. Sedangkan di Prancis pada tahun 1572, telah terjadi pertikaian antara Katolik dan Prostestan yang mengakibatkan tiga puluh ribu orang Protestan berhasil dibantai oleh Katolik,22 kondisi demikian telah mengakibatkan jalan-jalan di Paris dipenuhi dengan mayat laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang telah membusuk.
    Entah apa yang ada dibenaknya umat Kristen kala itu yang telah melakukan pembantaian tanpa pernah pandang bulu, baik dewasa, anak-anak, laki-laki atau perempuan sekalipun, selalu menjadi sasaran atas keganasan mereka dalam panggung sejarah. Bartolome de Las Casas (1474-1567), seorang Pastor dari ordo Dominikan, menceritakan tentang perilaku tentara Kristen Spanyol terhadap penduduk asli Amerika, dengan membantai siapa saja yang mereka temui, tanpa peduli wanita, anak-anak atau orang tua sekalipun. Kristen telah membuat aturan kala itu, ketika ada satu orang Kristen mati terbunuh, maka sebagai balasannya ialah seratus orang Indian harus dibunuh.23  
    Dalam panggung sejarah, kekerasan demi kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan, terus saja terjadi di dalam dunia Kekristenan. Alih-alih Kristen ingin merebut Yerusalem dari kekuasaan Muslim, pada akhirnya semangat tersebut telah melahirkan peperangan yang begitu dahsyat, yang terkenal dengan istilah Perang Salib. Ketika 15 Juli 1099 M, saat pasukan Godfrey berhasil menerobos ke gerbang Jesoshaphat, dan hampir secara bersamaan, pasukan Raymond dari Gile pun membanjiri tembok Selatan, di saat itulah terjadi pembantaian yang sangat mengerikan yang dilakukan oleh Kristen kala itu. Di puncak Kuil sendiri dikatakan sebanyak sepuluh ribu orang dibunuh, dan tubuh mereka dibedah sampai terurai karena beredar rumor bahwa umat Islam sebelum mengalami kematiannya telah menelan uang emas. Dari keseluruhan kota, total umat Islam yang dibantai oleh Kristen berjumlah sekitar empat puluh ribu orang yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan juga anak-anak.24
    Nyawa, begitu tidak berharganya di hadapan Kristen, yang hal tersebut terbukti dengan mudahnya nyawa seseorang dilenyapkan oleh Kristen ketika ada suatu perbedaan antara dua kelompok. Tidak hanya itu, dengan tidak adanya aturan yang jelas dalam peperangan, telah membuat Kristen menjadi seorang pembunuh yang tanpa mengenal belas kasihan terhadap lawannnya, yang semuanya dibantai tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di saat nyawa sudah tidak berharga, tentunya hal lain selain itu pun sama-sama tidak berharganya, sebagaimana yang terjadi pada perpustakaan Romawi yang didalamnya begitu banyak ilmu pengetahuan ternyata dihancurkan oleh Kristen. Hector, menggambarkan tentang sikap orang-orang Kristen dalam usahanya untuk membuang unsur-unsur Paganisme yang ada disekitarnya, “Dipimpin oleh seorang Uskup, orang-orang fanatik telah merusak kuil Serapes di Alexandria, kemudian menjarah perpustakaan besar tanpa menghargai nilai manuskrip-manuskrip yang ada didalamnya.”25 Ketika terjadi penghancuran perpustakaan yang megah di Alexandria pada tahun 389 M, yang pelakunya ialah Uskup Theophilus dari Alexandria, Gustav mengungkapkan penyesalannya sebagai berikut, “saya tidak hanya memprihatinkan penghancuran semua sejarah matematika Romawi, tetapi saya juga sangat prihatin atas pembakaran perpustakaan Palestina yang dibangun oleh Kaisar Agustus, Uskup tersebut telah memusnahkan sebagian besar tulisan Livy dan melarang melakukan studi terhadap buku-buku Yunani.”26 Ketika semuanya sudah tidak bernilai dihadapan Kristen, baik itu nyawa dan juga ilmu pengetahuan, yang seharusnya hal tersebut dijaga dan dikembangkan, namun pada akhirnya dihancurkan, lalu sebelah mananya Kristen masih dinilai sebagai agama yang penuh kasih ?

Kesimpulan
    Ketika pemimpin Kristen menjadi pemimpin dalam tindak kekerasan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan, tentu saja hal tersebut telah mewakili tentang agama yang dianutnya. Tidak saja menyangkut permasalahan agama yang harus berada di bawah kekuasaan Paus, permasalahan ekonomi dan kebijakan lainnya pun berada dibawahnya. Dan ketika agama sudah diduniawikan, tentunya hal tersebut akan mudah melahirkan berbagai pertikaian dengan segala kepentingan. Dan ketika hal itu sudah terjadi, tentunya umat dan agama yang menjadi korbannya. Ketika nyawa sudah tidak bernilai, dan pentingnya ilmu pengetahuan yang terdapat dalam perpustakaan malah dihancurkan, lalu sebelah mananya Kristen akan mampu membangun peradaban dunia yang berpijak pada Alkitabnya ? Ketika kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mendapatkan tekanan secara tidak masuk akal oleh pihak Gereja, tentunya Gereja hanya mengalah pada teori ilmu pengetahuan yang menekannya. Dan tentang adanya sikap Kristen yang begitu rendahnya dalam menilai ilmu pengetahuan, Bowen mengatakan, “Tidak ada contoh yang bisa dilakukan oleh Gereja untuk mendorong Kristen semangat dalam mencari ilmu pengetahuan, ia hanya menyelamatkan pengetahuan yang tampak mendukung dengan keingina mereka.”27

Catatan Kaki :
  1. J.M. Robertson, Short History of Christianity.
  2. C. John Cadoux, The Early Christian Attitude to War : A Contribution to the History of Christian Ethics.
  3. Herman Wegman, Christian Worship in East and West.
  4. H.Berkhof-I.H.Enklaar, Sejarah Gereja.
  5. Bernard Lewis, The Crisis of Islam : Holy War and Unholy Terror.
  6. Edward Gibbon, Decline and Fall of Roman Empire.
  7. Will Durant, The Age of Faith.
  8. Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM, Dialog Interreligius : Historisitas, Tesis, Pergumulan, Wajah.
  9. Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen : Dari Abad Pertama Sampai Dengan Masa Kini.
  10. Majalah Sahabat Gembala, dalam Rubrik : Sorotan. Edisi Oktober 2007, tahun ke-40, No. 394.
  11. Untuk detailnya, silahkan merujuk pada An Open Letter to the Christian Churches.
  12. Walter Ullman, A Short History of the Papacy in the Middle Ages.
  13. Norman F. Cantor, The Civilization of the Middle Ages.
  14. Van Den End, Harta Dalam Bejana; H.Berkhof-I.H.Enklaar, Sejarah Gereja.
  15. John Helgeland, Robert J. Daly, dan J. Patout Burns, Christian and the Military : The Eary Experience.
  16. Peter Brown, Augustine of Hippo : A Biography.
  17. Peter Brown, The Rise of Western Christendom : Triumph and Diversity AD 200-1000.
  18. Ivan Gobry, Fransiskus dari Asisi.
  19. Craig L. Nessan, Sex Aggression, and Pain : Sociobiological Implications for Theological Anthropology.
  20. Joseph Cardinal Ratzinger, Commentary on Profession on Faith’s Conclucing Paragraphs.
  21. Susan Nidicht, War in the Hebrew Bible : A Study in the Ethics of Violence.
  22. Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme ?
  23. Philip J. Adler, World Civilization.
  24. James Reston, Jr. , Perang Salib III Perseteruan Dua Kesatria : Salahuddin Al-Ayyubi Dan Richard Si Hati Singa.
  25. Hector Hawton, The Thinker’s Handbook.
  26. Dr. Gustav, Europe’s Debt to Islam.
  27. Marjorie Bowen, The Church and Social Progress.

Comments

  1. tak kiro otokritik, tibake nyinyiran. jembut.

    ReplyDelete
  2. ….AL QURAN WAS WROTE…… very beautiful sentence.. (y)
    .
    No Other Holy Book Like Quran… let’s learn together
    =============
    .
    “SILAHKAN ANDA-ANDA BUKTIKAN”… BENARKAH QURAN DAN MUHAMMAD SEBAGAI ANTI CHRIS...????
    =============
    .
    Dalam polemic sejarah penting kehidupan Nabi Isa as., maka beliau diselamatkan dari pembunuhan, akan menikah dan menjadi bapak dari anaknya, sampai wafat sebagaimana layaknya manusia biasa….
    .
    Hadis turunnya Nabi Isa kembali atau datangnya Imam Mahdi …bla…bla adalah bertentangan dengan Al Quran dan aqli…dan terkontaminasi faham2 Israiliat..
    .
    LET’S LEARN TOGETHER .. this proof..
    .
    Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya
    .
    بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
    .
    Al A'raaf 204.
    Dan apabila dibacakan Al Quran, MAKA DENGARKANLAH BAIK-BAIK, DAN PERHATIKANLAH DENGAN TENANG agar kamu mendapat rahmat
    .
    AL QURAN DITURUNKAN SEBAGAI KOREKSI ATAS KITAB TAURAT DAN INJIL
    ==============
    Al Maidah 48.
    Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, MEMBENARKAN APA YANG SEBELUMNYA, YAITU KITAB-KITAB ( TAURAT DAN INJIL) DAN “BATU UJIAN [=MENGOREKSI] TERHADAP KITAB-KITAB YANG LAIN ITU”; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. SEKIRANYA ALLAH MENGHENDAKI, NISCAYA KAMU DIJADIKAN-NYA SATU UMAT (=semua beriman), tetapi ALLAH HENDAK MENGUJI KAMU TERHADAP PEMBERIAN-NYA kepadamu, MAKA BERLOMBA-LOMBALAH BERBUAT KEBAJIKAN. Hanya kepada Allah-lah
    .
    YESUS DISELAMATKAN DARI RENCANA PEMBUNUHAN
    ===========
    An Nisaa' 157.
    dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang dibunuh) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
    .
    YESUS DIPASTIKAN MENIKAH DAN MEMPUNYAI KETURUNAN
    =========
    Ar Ra'd 38.
    Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami MEMBERIKAN KEPADA MEREKA ISTERI-ISTERI DAN KETURUNAN. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)
    .
    YESUS WAFAT SEBAGAI MANA MANUSIA LAYAKNYA:
    =========
    Ali 'Imran 55.
    (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, SESUNGGUHNYA AKU AKAN MENYAMPAIKAN KAMU KEPADA AKHIR AJALMU Dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya."
    .
    Al MAidah 117.
    Aku [Isa as.] tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. MAKA SETELAH ENGKAU WAFATKAN AKU [ISA AS.], Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
    .
    Surat Ali `Imran: 185.
    “TIAP-TIAP YANG BERNYAWA AKAN MERASAKAN MATI. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”.
    .
    Subhanallah……


    ReplyDelete
  3. YESUS BUKAN TUHAN
    ==========
    al-Maa’idah: 73 :
    Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "BAHWASANYA ALLAH SALAH SEORANG DARI YANG TIGA", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, PASTI ORANG-ORANG YANG KAFIR diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
    .
    AL MAIDAH 116.
    Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "HAI ISA PUTERA MARYAM, ADAKAH KAMU MENGATAKAN KEPADA MANUSIA: "JADIKANLAH AKU DAN IBUKU DUA ORANG TUHAN SELAIN ALLAH?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). JIKA AKU PERNAH MENGATAKAN MAKA TENTULAH ENGKAU MENGETAHUI APA YANG ADA PADA DIRIKU DAN AKU TIDAK MENGETAHUI APA YANG ADA PADA DIRI ENGKAU. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib."
    .
    QS. Maryam 30-33 :
    Berkata Isa:"SESUNGGUHNYA AKU INI HAMBA ALLAH, DIA MEMBERIKU AL KITAB DAN DIA MENJADIKAN AKU SEORANG NABI, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan DIA MEMERINTAHKAN KEPADAKU SHALAT DAN ZAKAT SELAMA AKU HIDUP; DAN BERBAKTI KEPADA IBUKU, DAN DIA TIDAK MENJADIKAN AKU SEORANG YANG SOMBONG LAGI CELAKA. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, PADA HARI AKU MENINGGAL dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali

    ReplyDelete
  4. MUKZIZAT YESUS YG TAK ADA [ekplisit] DIDALAM INJIL TETAPI DISEBUTKAN DALAM QURAN
    ===========
    Ini Buktinya :
    ”PERHATIKAN KALIMAT DGN HURUF YG DICETAK BESAR ”
    .
    QS AL’MAIDAH 110 :
    Ketika Allah mengatakan “ Hai Isa putra Maryam ingatlah nikmat Ku kepadamu dan kepada ibumu diwaktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus . Kamu dapat berbicara dengan manusia sewaktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa dan diwaktu Aku mengajarkan kamu menulis hikmah, Taurat dan Injil dan di waktu kamu membentuk dari tanah yang berupa burung dengan izin Ku , lalu kamu meniup padanya , lalu bentuk itu menjadi burung (* Pen : MUKZIZAT HAL PENCITAAN BURUNG INI TAK ADA DALAM INJIL SAAT INI ), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin Ku dan diwaktu kamu mengeluarkan orang mati dari dalam kubur ”.
    .
    ….YESUS JUGA DPT MENGETAHUI MAKANAN DAN APA SAJA YANG BERADA DIRUMAH PENDUDUK…..
    .
    ALI ‘IMRAN AYAT 49 :
    Dan (Isa as. sebagai) Rasul kepada Bani Israil (berkata): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah (* Pen : MUKZIZAT HAL PENCITAAN BURUNG INI TAK ADA DALAM INJIL SAAT INI ); dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu (* Pen : MUKZIZAT HAL MENEBAK YG DIMAKAN DAN BARANG DIRUMAH, TAK ADA DALAM INJIL SAAT INI). Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaranku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman “.
    .
    Subhanallah……
    .
    Lalu mengapa mukzizat2 itu “tak ada” eksplisit tertulis dalam injil, sedangkan semua mukzizat yg lain ada dalam Injil dan Quran,... mengapa...mengapa...mengapa ???,... dan anda DILARANG AGAMA ANDA UNTUK BERARGUMEN DENGAN INJIL2 ILEGAL HIPOCRIP.... yang tak diketahui umum buktinya.
    .

    ReplyDelete
  5. “KERAGUAN YG MENGGUNCANGKAN GENERASI PENERUS AL KITAB....
    ===========
    exelence, .. QURAN IS VERY BEAUTIFUL HOLIBOOK (Y)
    --------------------------------------------
    QS. Asy Syuura 14:
    Dan mereka (ahli kitab) tidak BERPECAH BELAH, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, KARENA KEDENGKIAN DI ANTARA MEREKA. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil), sesudah mereka; “BENAR-BENAR BERADA DALAM KERAGUAN YANG MENGGUNCANGKAN " tentang kitab itu.
    .
    Ali Imran 100.
    Hai orang-orang yang beriman, JIKA KAMU MENGIKUTI SEBAHAGIAN DARI ORANG-ORANG YANG DIBERI AL KITAB, NISCAYA MEREKA AKAN MENGEMBALIKAN KAMU MENJADI ORANG KAFIR SESUDAH KAMU BERIMAN.
    .

    ReplyDelete
  6. …Al Quran MENGKOREKSI SEBAGIAN isi Al Kitab dan MEMBENARKAN SEBAGIAN lainnya…
    .
    Al Maa'idah 15.
    Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, MENJELASKAN KEPADAMU BANYAK DARI ISI AL KITAB YANG KAMU SEMBUNYI KAN, DAN BANYAK (PULA YANG) DIBIARKANNYA. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.
    .
    ( Hadis Bukhari).
    "Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami..."
    .
    Q.S. An Nahl 82:
    Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya KEWAJIBAN YANG DIBEBANKAN ATASMU [Muhammad] hanyalah MENYAMPAIKAN dengan terang.
    .
    (H.R Bukhori) Rasulullah SAW bersabda: "Sampaikanlah apa yang berasal dariku (tentang islam), walaupun hanya satu ayat."
    .
    Allahumma sholli 'alaa Muhammad sollallahu 'alayhi wasallam
    Allahumma amin. Wallahu a’lamu bis-shawab.

    ReplyDelete

Post a Comment