Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Pada Masa Pra-Kenabiannya


Oleh : Sang Misionaris.
Pendahuluan
    Pada umumnya, kelahiran Nabi Muhammad saw diyakini oleh umat Islam pada tahun 570 M.1 Namun menurut Abdul Hamid bahwa Muhammad bin Abdullah lahir pada tahun 571 M,2 sedangkan menurut Hamidullah, beliau lahir pada tahun 569 M.3 Berbeda dengan pandangan di atas, Aep Saepulloh berpendapat lain bahwa Muhammad lahir di tahun 632 M.4 Meski ada perbedaan pendapat tentang masa kelahiran Nabi Muhammad, sebenarnya hal tersebut tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan, karena hal itu tidak akan mengurangi otentisitas Muhammad bin Abdullah dalam panggung sejarah, baik sarjana Muslim maupun pihak Barat, telah sepakat bahwa sosok yang bernama Muhammad, sesungguhnya memang benar-benar ada dalam panggung sejarah dan beliau tidaklah dianggap sebagai tokoh fiktif. Meski demikian, tetap saja mereka selalu melontarkan berbagai tudingan yang tidak sesuai dengan fakta sejarah kepada Nabi Muhammad saw. Berbagai tudingan yang telah mereka lancarkan, tidak lain adalah sebagai bentuk kebencian mereka5 terhadap apa yang telah diimani oleh kaum Muslimin, yang dengan adanya cara tersebut, mereka berharap mampu memadamkan cahaya Allah6 supaya pada akhirnya kaum Muslimin murtad dari Islam.7 Selain membahas secara singkat tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad pada masa pra-kenabian, penulis pun mengangkat pula beberapa sanggahan terhadap tudingan yang telah dilancarkan oleh pihak non-Muslim terhadap Nabi Muhammad. Dan penulis berharap, mereka mampu memberikan data primer maupun sekunder dari literatur Islam dalam membuktikan segala tudingan yang telah mereka lancarkan kepada Nabi Muhammad saw.
Sejarah Nabi Muhammad: Dari Masa Kecil Hingga Bertemunya Dengan Buhaira
    Abdullah adalah bapaknya Nabi Muhammad saw, yang telah meninggal dunia ketika beliau masih berusia kurang lebih tiga bulan dalam kandungan ibunya. Dan ketika usia kandungan ibunya telah mencapai sembilan bulan, beliau lahir dalam keadaan normal di rumah ibunya di kampung Bani Hasyim di kota Mekkah al-Mukarramah. Namun ada riwayat lain yang menyatakan bahwa beliau lahir di rumah pamannya yang bernama Abu Thalib. Adapun yang menjadi bidan kala itu ialah Siti Syifa’ yang merupakan ibu dari seorang sahabat Nabi yang bernama Abdur Rahman bin Auf.8 Ketika beliau lahir, kakeknya yang bernama ‘Abdul Muthalib, telah memberikan nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab jahiliyah, yang memberi nama dengan nama Muhammad.9 Sedangkan yang menjadi ibu susuan bagi Muhammad bin Abdullah adalah Halimah binti Abu Dzuaib, yang merupakan seorang wanita yang berasal dari Bani Sa’ad bin Bakr.
    Menurut Martin Lings, yang karyanya tersebut telah menggunakan sumber dari abad ke-8 dan ke-9 M, ia menyatakan bahwa ketika Muhammad bin Abdullah dalam pengasuhan Halimah, beliau pernah didatangi oleh dua orang laki-laki yang berbaju putih. Dua orang laki-laki yang mendatangi beliau tersebut, akhirnya membaringkan dan membelah dadanya Nabi Muhammad saw, sambil mengeluarkan dan membersihkan atas apa yang ada di dalam dadanya.10 Apa yang dilakukan oleh kedua orang tersebut, yang disinyalir sebagai Malaikat, berdasarkan nalar orang yang hidup di zaman modern saat ini tentunya apa yang dilakukan oleh mereka bukanlah suatu hal yang aneh, terlebih ilmu kedokteran saat ini telah mengalami perkembangan dan inovatif. Melakukan pembedahan, serta membersihkan sesuatu atau mengambil apa yang ada di dalam dada seseorang, tanpa si pasien mengalami kematian, sudah menjadi hal yang biasa terjadi di dalam dunia medis. Meski kita tidak mengetahui bagaimana proses tersebut dilakukan, bukan berarti kejadian itu suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Dari adanya peristiwa yang dialami oleh Muhammad bin Abdullah, tentunya hal tersebut telah mengisyaratkan bahwa apa yang ada di dalam tubuh Muhammad bin Abdullah, Allah telah membersihkan atau membuang sesuatu yang sebelumnya telah ada pada tubuh beliau. Yang pasti, dengan cara tersebut sebenarnya Allah sedang mempersiapkan jiwanya dalam menghadapi segala peristiwa besar yang kelak akan dihadapinya.
    Ibunya Nabi Muhammad saw yang bernama Aminah binti Wahab, akhirnya meninggal dunia di Al-Abwa’, sebuah kawasan di antara Mekah dan Madinah. Ibunya meninggalkan Nabi Muhammad untuk selama-lamanya, yang kala itu beliau baru berusia sekitar enam tahun.11 Sejak kelahirannya, Muhammad saw di bawah pemeliharaan ‘Abdul Muthalib, salah seorang pembesar Quraisy, yang ternyata meninggal dunia sekitar dua tahun setelah wafatnya ibu Nabi Muhammad. Dan untuk selanjutnya, pengasuhan atas anak yatim piatu yang bernama Muhammad bin Abdullah tersebut, akhirnya diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu Thalib.12 Abu Thalib, sebenarnya bukanlah orang yang tertua di antara saudara-saudaranya, sedangkan saudaranya Abu Thalib yang paling tua adalah Harits, tetapi dia bukanlah orang yang bisa dikatakan sebagai orang yang mampu. Sedangkan Abbas, orang yang mampu namun ia adalah orang yang kikir, yang perkerjaannya hanyalah memegang urusan siqaya (pengairan) dalam memenuhi kebutuhan orang-orang yang melakukan haji, tanpa ikut serta dalam melakukan pengurusan rifada (makanan). Abu Thalib, terkenal sebagai orang yang halus perasaannya dan juga terpandang di kalangan Quraisy, jadi suatu keputusan yang tepat jika pengasuhan Nabi Muhammad pada akhirnya diserahkan kepadanya.13
    Abu Thalib, termasuk orang yang miskin. Ia berbeda dengan keadaan dengan Abdul ‘Uzzah, pamannya Nabi Muhammad, yang dikenal dengan nama Abu Lahab, yang termasuk sebagai orang yang kaya.14 Jika seandainya Abu Thalib sebagai orang yang kaya, tentunya Nabi Muhammad tidak akan membantu pamannya berdagang, apalagi harus menjadi seorang pengembala kambing demi membantu perekonomian keluarga Abu Thalib,15 meskipun salah satu ciri dari seorang Nabi ialah menjadi seorang pengembala.16 Dengan usianya beliau yang masih belia, beliau telah menjadi anak yatim piatu dan bahkan harus banting tulang untuk membantu perekonomian keluarga pamannya, tentunya keadaan tersebut telah mencetak dirinya untuk menjadi seorang yang ulet dan sabar dalam menghadapi segala kepahitan hidup yang dialaminya.
    Ketika beliau berusia dua belas tahun,17 beliau meminta untuk ikut berdagang dengan pamannya ke Syiria, meskipun berat untuk mengabulkan keinginan dari keponakannya dikarenakan jarak yang ditempuh terlalu jauh bagi seorang anak yang masih belia, namun beliau masih saja meminta kepada pamannya untuk ikut berdagang, dan pada akhirnya beliau pun diizinkan oleh pamannya untuk berdagang dengan para kalifah Mekah lainnya. Ketika para saudagar Mekah ke Syiria, seperti biasa para kafilah Mekah selalu melakukan persinggahan di daerah Bostra18 atau Bushra di sebelah selatan Syam,19 dekat dengan wilayah tersebut, terdapat sebuah biara yang menjadi tempat membujangnya bagi para biarawan seperti halnya Buhaira, karena hidup membiara bagi Kristen, asketisme, dianggap sebagai sebuah upaya mereka dalam mendekatkan diri kepada Tuhannya.
    Ketika beristirahat di Bushra, dengan adanya keikutsertaan Muhammad bin Abdullah dalam menemani pamannya yang berdagang ke Syiria, telah mengundang perhatian Buhaira, ia adalah seorang pemuka agama Kristen. Ia mencari cara untuk bisa ketemu dan sekaligus mencari jawaban atas segala keganjilan yang ia rasakan terhadap Muhammad bin Abdullah tersebut. Untuk menghilangkan rasa penasarannya itu, akhirnya ia pun menjamu para kafilah dari Mekah, meskipun sebelumnya, ia belum pernah mengundang para kafilah Mekkah untuk makan bersama dengannya. Dari adanya pertemuan antara Buhaira dengan Abu Thalib dan juga Muhammad bin Abdullah, pada akhirnya terjadilah percakapan di antara mereka. Setelah Abu Thalib memperlihatkan tanda yang ada di antara kedua punggungnya beliau, lalu Buhaira menyarankan agar mereka bergegas untuk kembali ke Mekah20 dan berpesan kepada Abu Thalib untuk berhati-hati kepada orang-orang Yahudi ketika mereka melihat tanda kenabian yang ada pada punggungnya tersebut.21 Adapun tanda kenabian yang ada pada punggungnya Nabi Muhammad itu adalah seperti bekas bekam,22 yang berbentuk oval, kecil namun jelas, yang tanda itu telah ada sejak Nabi Muhammad lahir.23
    Sebelum mengulas sejarah singkatnya Nabi Muhammad secara jauh, perlu sekiranya kita untuk membahas terlebih dahulu tentang adanya pertemuan antara Buhaira dengan Nabi Muhammad, karena dari pertemuan tersebut, ada sebagian dari pihak Kristen yang telah menuding bahwa Nabi Muhammad telah belajar Alkitab kepada Buhaira, orang yang baru pertama kali beliau temui semasa hidupnya. Di dalam literatur Islam, tidak ada keterangan yang bisa didapatkan, baik secara implisit maupun eksplisit, yang mampu membuktikan bahwa Muhammad saw pernah belajar Alkitab kepada Buhaira. Yang tentu saja, tudingan yang dilancarkan oleh Kristen tersebut tidak bisa dianggap sebagai fakta sejarah, karena beberapa alasan di bawah ini :
  1. Nabi Muhammad pada masa hidupnya belum pernah menyembah berhala sekalipun sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Arab jahiliyah yang ada disekitarnya. Wilayah Jazirah Arab, khususnya Mekah, secara turun-temurun merupakan sebuah masyarakat yang melakukan penyembahan terhadap berhala, yang keyakinan turun-temurunnya mereka sangat sulit untuk diruntuhkan. Dan hal tersebut terbukti dengan keadaan Kristen di Jazirah Arab yang mengalami kestagnasian dalam menambah para pengikutnya, karena ketidakmampuan mereka dalam mempengaruhi keyakinan masyarakat Arab jahiliyah. Meskipun kala itu, telah bercokol kekuasaan Kerajaan Byzantium dan juga Kerajaan Persia, yang kedua kerajaan besar tersebut telah memiliki kaki tangannya masing-masing di wilayah Jazirah Arab.24
  2. Semenjak kecil, Muhammad bin Abdullah berada di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang melakukan penyembahan terhadap berhala. Yang tentunya, segala penyembahan yang dilakukan oleh masyarakat Arab jahiliyah telah diketahui banyak oleh beliau, namun karena nalarnya beliau sehat, akhirnya beliau melakukan penyangkalan terhadap apa yang mereka sembah. Adapun salah satu bukti penyangkalan beliau ialah adanya sikap tegasnya Nabi Muhammad ketika untuk pertama kalinya bertemu dengan Buhaira. Pada saat Buhaira meminta agar Muhammad bin Abdullah menjawab segala pertanyaan yang ia ajukan, lalu pada saat itu Buhaira mengawali ucapannya dengan menyebut terlebih dahulu nama Lata dan ‘Uzza, dengan seketika Nabi Muhammad pun langsung melarang Buhaira untuk tidak lagi menyebutkan nama tersebut di depan beliau dan mengungkapkan pula perasaan ketidaksukaannya ketika mendengar nama berhala tersebut.25
Keyakinan masyarakat Arab jahiliyah telah banyak diketahui oleh Muhammad bin Abdullah, namun pada akhirnya beliau tidak pernah tergoda sedikit pun untuk mengikuti keyakinan masyarakat yang ada disekelilingnya, justru beliau malah melakukan penyangkalan terhadap keyakinan mereka, dan mampu memperbaiki nalar masyarakat Arab jahiliyah. Dan suatu hal yang tidak logis ketika ada sebuah keyakinan yang baru dari apa yang telah lama diyakini oleh masyarakat umum Arab jahiliyah, mampu membuat dirinya terpesona dengan ajaran yang baru seperti halnya Kristen. Lalu, pandangan logis seperti apa yang bisa diberikan oleh Kristen dalam membuktikan bahwa Nabi Muhammad merasa tergugah oleh Buhaira, yang pada akhirnya beliau pun belajar Alkitab kepadanya ?

Kisah Pertemuan Nabi Muhammad Dengan Khadijah Hingga Pernikahannya
    Ketika pamannya Nabi Muhammad yang bernama Abu Thalib mengetahui bahwa Khadijah binti Khuwailid sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa oleh para kafilah ke Syam, pada saat itu secara tidak langsung Abu Thalib telah menyarankan keponakannya untuk ikut bergabung dengan kafilah tersebut dalam memperdagangkan barang-barangnya Khadijah. Ketika pamannya telah mendapatkan izin dari Khadijah, yang kala itu beliau baru berusia dua puluh lima tahun, akhirnya beliau pun berangkat bersama dengan Maisarah ke Syam, budaknya Khadijah. Sesampainya di Bostra, Nestro yang merupakan seorang pemuka agama Kristen, mengemukakan pandangannya kepada Maisarah bahwa Nabi Muhammad yang belum pernah ia temui itu adalah seorang Nabi, ketika ia mengetahui adanya seseorang yang selalu berteduh di bawah pohon. Dan pandangan Nestro tersebut semakin menguatkan keyakinan Maisarah, yang ketika dalam perjalanan pulang ia melihat Nabi Muhammad selalu dinaungi oleh awan yang melindungi dirinya dari sengatan matahari, yang menurutnya, itu adalah Malaikat.26 Dari adanya keyakinan Maisyarah yang telah melihat bahwa Nabi Muhammad selalu dilindungi oleh awan pada saat teriknya matahari, yang awan tersebut akhirnya dianggapnya sebagai Malaikat, tentunya keyakinan tersebut suatu hal yang wajar bagi keyakinan masyarakat Arab jahiliyah. Karena di zaman jahiliyah, ada sebuah keyakinan apabila seseorang selalu mendapatkan keberuntungan, orang tersebut diyakini telah mendapatkan naungan dari Tuhannya, dengan cara dilindungi oleh Malaikat yang menjadi anak perempuannya Allah.
    Untuk pertama kalinya, Muhammad bin Abdullah menjual barang dagangannya Khadijah, namun berkat kejujuran, keuletan dan akhlaknya beliau, akhirnya beliau pun mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan para pedagang Khadijah lainnya. Tentu saja sebagai seorang pelaku bisnis, ketika Siti Khadijah mengetahui tentang adanya keberhasilan yang dilakukan oleh pedagangnya, tentu suatu hal yang wajar jika ia merasa senang ketika barang dagangan yang dijualkan oleh orang kepercayaannya mendapatkan keuntungan yang besar. Ketika waktu terus semakin berjalan, dan banyak cerita yang didapatkan oleh Khadijah dari budaknya bahwa Muhammad bin Abdullah ternyata seorang laki-laki yang memiliki sifat kesatria, jujur, dan amanah, akhirnya rasa simpati Khadijah tersebut berubah menjadi rasa cinta kepada beliau.27 Akhirnya, melalui orang yang telah dipercaya oleh Khadijah, Nafisah, ia meminta kepada budaknya tersebut untuk menyampaikan perasaan sang tuannya itu kepada Nabi Muhammad yakni untuk menikahinya, dan ternyata, beliau pun menerima Khadijah untuk menjadi istrinya.28
    Ketika beliau menerima tawaran Khadijah sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nafisah, akhirnya Nafisah pun menyampaikan tanggapannya Nabi Muhammad saw kepada Khadijah. Saat Khadijah mendengar kesediaan Muhammad bin Abdullah, akhirnya ia pun mengutus Nafisah agar beliau menemuinya. Tatkala keduanya bertemu, Khadijah pun akhirnya mengungkapkan isi hatinya secara langsung kepada beliau, sebagaimana yang telah diungkapkan sejak awal oleh Nafisah kepada beliau, yakni menawarkan dirinya untuk dinikahi oleh Muhammad bin Abdullah. Pada akhirnya, mereka pun sepakat agar hal tersebut dibicarakan kepada pamannya masing-masing.29 Dalam pernikahan tersebut, Khadijah pun diwakili oleh pamannya yang bernama ‘Amru bin Asad, sebab Khuwailid yang menjadi ayahnya Khadijah telah meninggal dunia sebelum terjadinya perang Fijar. Tentu saja, hal itu telah membantah sebuah tudingan yang menyatakan bahwa ayahnya Khadijah tidak merestui pernikahan anaknya tersebut,30 sedangkan Nabi Muhammad didampingi oleh Hamzah bin Abul Muthalib.31
    Dari adanya pernikahan antara Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah, sebagian pihak Kristen telah menuding bahwa proses pernikahan beliau dilakukan secara Kristen, tudingan tersebut didasari karena adanya saudara sepupunya Siti Khadijah yang beragama Kristen, yang bernama Waraqah bin Naufal.32 Sebenarnya, tudingan tersebut sama saja dengan tudingan Kristen lainnya yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad pernah belajar Alkitab kepada Buhaira, yang sama-sama sebagai tudingan yang tidak sesuai dengan fakta sejarah. Tudingan hal tersebut tidak sesuai dengan fakta sejarah, karena tidak ada satu catatan sejarah dalam Islam, yang menyatakan bahwa Khadijah pernah meminta Waraqah untuk memberkati pernikahannya atau pun menjalankan prosesi pernikahannya Khadijah tersebut berdasarkan tradisi Kristen. Meskipun Khadijah sendiri penah menemui Waraqah sebanyak dua kali untuk meminta pandangannya terkait atas apa yang telah dialami oleh Muhammad, yakni sebelum menikah dan pada saat Muhammad menerima wahyu di Gua Hira.33 Di satu sisi, tuduhan tersebut tidaklah sesuai dengan fakta sejarah, namun di sisi lain, kita harus mengakui bahwa pemeluk Kristen memang telah ada di wilayah Jazirah Arab pada masa pra-kenabian Muhammad saw. Fakta sejarah tersebut terbukti dengan adanya beberapa sekte Kristen yang telah ada di wilayah Jazirah Arab, misalnya sekte Maryamah.34 Sekte Maryamah telah dianggap sesat oleh Kristen lain dikarenakan telah memasukkan Maryam sebagai salah satu oknum dalam Ketuhanan Trinitas mereka, pengganti Roh Kudus, dengan adanya keyakinan dari sekte Kristen tersebut yang telah menjadikan Maria sebagai Tuhan, Al-Qur'an pun telah mengklarifikasi kedudukannya kepada kita.35 Fakta sejarah lain yang membuktikan bahwa Kristen telah ada lebih dulu sebelum adanya Muhammad bin Abdullah ialah suku Himyar yang berada di Najran, yang suku Himyar tersebut beragama Kristen. Tidak hanya itu, Nestorian pun telah masuk ke wilayah Arabia jauh sebelum Nabi Muhammad lahir, meskipun Gereja Nestorian sendiri berpusat di kota Seleukia, Persia. Dan menurut tradisi Kristen, Bartholomaeus (Lukas 6:14) adalah seorang penginjil yang pertama kali bekerja di wilayah Arab, yang masuk melalui wilayah daerah Yaman.36
    Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad menikahi Siti Khadijah yang berusia 40 tahun. Dari pernikahannya dengan Khadijah, beliau mendapatkan 6 orang anak yang bernama : Fatimah, Ummi Kultsum, Zainab, Ruqayyah, Qosim, dan Abdullah.37 Dan pada saat akan menikahi Siti Khadijah, beliau memberikan 20 ekor unta sebagai mas kawinnya.38 Pada hari pernikahannya, Nabi Muhammad memerdekakan Barakah, budak setia yang ia warisi dari ayahnya. Di hari yang sama, Khadijah pun menghadiahi beliau dengan seorang budak yang berusia lima belas tahun yang bernama Zaid bin Haritsah.39
    Terkait tentang adanya pernikahan beda usia antara Siti Khadijah dengan Nabi Muhammad, Aep telah menyanggah pandangan umum yang selama ini diyakini oleh kaum Muslimin.40 Dengan mengutip pernyataan dari Ibnu Katsir yang terdapat pada kitabnya, al-Bidayah wan-Nihayah, Aep berpendapat bahwa usia Khadijah pada saat dinikahi oleh Nabi Muhammad bukanlah berusia 40 tahun, melainkan 25 tahun, dan di tahun ke-10 pada masa kenabiannya Muhammad, Khadijah pada akhirnya meninggal dunia di usianya yang ke-50. Tidak hanya itu, dari sisi medis pun Aep mengungkapkan bahwa tidak mungkin seorang perempuan bisa melahirkan anak, ketika usia ibunya telah memasuki masa kerawanan dalam melahirkan anak, apalagi sampai mampu melahirkan 6 orang anak. Tentu saja, pandangan Aep tersebut merupakan sebuah alasan yang logis dan bisa diterima, terlebih jika seorang perempuan melahirkan anak di masa kerawanannya, justru hal tersebut akan mengakibatkan resiko kematian, baik bagi seorang anak yang dilahirkannya maupun bagi ibunya sendiri.

Kesimpulan
    Sama halnya seperti kita, Nabi Muhammad pun hanya seorang manusia biasa, yang bisa merasakan apa yang kita rasakan, baik itu kesedihan maupun kebahagiaan.41 Sebagai manusia biasa, untuk memenuhi kebutuhan lahiriahnya dan juga untuk membantu perekonomian pamannya, beliau melakukan perdagangan dan juga menjadi seorang pengembala. Bahkan, seorang sejarawan terkenal di Indonesia yang bernama Ahmad Mansur Suryanegara, dia menuliskan nama-nama pasar yang pernah dikunjungi oleh Nabi Muhammad ketika masih sebagai wirausahawan di sekitar Jazirah Arab.42 Meski sebagai seorang manusia biasa, namun atas kehendak Allah, Dia telah melebihkan Muhammad dari manusia pada umumnya dengan menjadikannya sebagai seorang Nabi dan juga Rasul bagi seluruh manusia.43 Dan berdasarkan fakta sejarah bahwa semasa hidupnya beliau belum pernah melakukan penyembahan kepada berhala sekalipun atau pun menganut agama Yahudi dan juga Kristen, dan suatu hal yang logis ketika beliau dijadikan oleh Allah sebagai seorang Nabi dan juga Rasul, terlebih keyakinan dan juga pemikirannya belum terkontaminasi sedikit pun dari kekotoran aqidah.  
    Meskipun diri beliau bersih dari berbagai kotoran aqidah, tetap saja pihak-pihak tertentu mencari celah dalam menjatuhkan kredibilitas Nabi Muhammad saw dengan melancarkan berbagai tudingan dan fitnahan yang tidak mendasar.  Namun nyatanya, apa yang mereka tudingkan tersebut, tidak sesuai dengan fakta sejarah melainkan sebuah tudingan yang berangkat dari rasa kebencian mereka kepada beliau yang disebabkan karena adanya seorang Nabi dari non-Israel. Tentu saja, sebagai seorang Muslim yang mencintai beliau maka sudah barang tentu kita memiliki tanggung jawab moral untuk meluruskan berbagai pandangan miring yang dilancarkan oleh mereka kepada Nabi Muhammad, walaupun kita sendiri bukanlah orang pertama yang melakukan pembelaan terhadap beliau.   

Catatan Kaki :
  1. Firas Alkhateeb, Sejarah Islam Yang Hilang.
  2. Prof. Abdul Hamid Siddiqi, Keagungan Muhammad: Rasulullah Sebagai Teladan.
  3. Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah: Penghormatan Terhadap Nabi Saw Dalam Islam.
  4. Aep Saepulloh, Ya Allah... Benarkah Sejarah Ini?
  5. Qs. 2:120 = Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamua, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.
  6. Qs. 9:32 = Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.
  7. Qs. 2:217 = … Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
  8. K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, Jilid 1.
  9. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
  10. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  11. Ibnu Ishaq-Ibn Hisyam, Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah Saw.
  12. Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah: Penghormatan Terhadap Nabi Saw Dalam Islam.
  13. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
  14. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  15. Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
  16. Prof. Abdul Hamid Siddiqi, Keagungan Muhammad: Rasulullah Sebagai Teladan.
  17. Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam-Dirasah Islamiyah II.
  18. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  19. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
  20. Prof. Abdul Hamid Siddiqi, Keagungan Muhammad: Rasulullah Sebagai Teladan.
  21. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, jilid 1.
  22. Ibnu Ishaq-Ibn Hisyam, Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah Saw.
  23. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  24. Fred M. Donner, Muhammad Dan Umat Beriman: Asal-Usul Islam.
  25. Ibnu Ishaq-Ibn Hisyam, Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah Saw.
  26. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  27. Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
  28. K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, jilid 1.
  29. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  30. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
  31. Ibnu Ishaq-Ibn Hisyam, Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah Saw.
  32. Semasa jahiliyah, Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushshay adalah seorang Kristen yang menulis Alkitab dalam bahasa Arab (Hr. Bukhari yang berasal dari Aisyah, dengan hadits no. 6467 pada versi Al-Alamiyah, dan no. 6982 pada versi Fathul Bari).
  33. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  34. Bambang Noorsena, The History of Allah.
  35. Qs 5:116 = Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang menyatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?” (Isa) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Dan juga pada Qs. 5:75 = Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa Rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran …
  36. DR. Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum.
  37. Ratu Suntiah, M. Ag dan Dr. Maslani, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam (sebuah Ringkasan).
  38. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
  39. Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.
  40. Drs. Aep Saepulloh. MH, Ya Allah... Benarkah Sejarah Ini?
  41. Qs. 18:110 = Katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa…”
  42. Adapun tempat-tempat yang dimaksud ialah : Dumatul Jandal, Mushaqqar, Suhar, Daba, Shihir atau Maharah, Aden, San’a, Rabiyah, Ukaz, Dzul Majaz, Mina, Nazat, Hijr (Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, jilid 1).
  43. Qs. 7:158 = Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua…” Dan juga Qs. 21:107 = Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

Comments

Post a Comment