Siapakah Penulis Injil Lukas ?



Pendahuluan
    Sebagaimana penulis Injil Matius dan juga Injil Markus, penulis Injil Lukas pun diyakini pula oleh Kristen  sebagai salah satu dari dua belas muridnya Yesus, bahkan ada yang meyakini sebagai salah satu murid Yesus yang berjumlah tujuh puluh orang. Kristen berkeyakinan, bahwa nama pengarang Injil Lukas ini ialah Lukas, yang berprofesi sebagai dokter atau tabib. Pada awalnya, Kristen mengalami kesulitan dalam mencari tahu tentang siapa penulis Injil Lukas ini, namun dengan langkah mendeduksikan narasi yang terdapat pada Injil Lukas dan Kisah Para Rasul (KPR) 1:1, akhirnya diyakini bahwa kedua kitab tersebut ditulis oleh orang yang sama, yakni yang bernama Lukas. Dan sebagaimana yang telah disampaikan pada artikel sebelumnya,  bahwa penulis Injil Lukas, sebenarnya hanya ingin menyampaikan narasi yang ada didalamnya sebagai hadiah atau persembahan bagi Teofilus, dan Lukas tidak pernah mengira bahwa karyanya tersebut akan melengkapi bagian dari Perjanjian Baru (PB) yang pada akhirnya diakui secara resmi oleh orang-orang Kristen di masa mendatang.1

Menelusuri Bukti Eksternal Injil Lukas
    Kesaksian paling awal bahwa Lukas adalah penulis Injil Lukas, berasal dari akhir abad ke-2 M. Kanon Muratorian, prolog anti-Marcion dari Injil Lukas, Irenaeus, Clement dari Alexandria, Origen, dan juga Tertullian, secara spesifik menegaskan bahwa Lukas bukan saja sebagai penulis Injil ketiga ini, melainkan juga KPR.2 Namun menurut Cadbury,3 kesaksian paling awal dari Kanon Muratorian, hanya melakukan pengulangan semata atas apa yang telah tercatat di dalam teks Perjanjian Baru (PB). Ia meyakini, bahwa kesaksian ini dibangun oleh “perikop kami” pada KPR, dan argumennya tersebut didukung dengan menunjukkan bahwa pendekatan Fragmen tersebut tidak kritis dalam penulisannya. Dengan adanya kondisi tersebut, harus mengakui tentang tidak adanya bukti yang pasti, apakah seluruh kesaksian eksternal memang didasarkan pada pengetahuan yang solid dan autentik, ataukah memang cuma sekedar dugaan saja dari para Bapa Gereja. Dugaan yang pertama kali muncul bisa jadi hal tersebut diulangi oleh kesaksian-kesaksian sesudahnya, sampai pada akhirnya dugaan tersebut dianggap sebagai sebuah fakta.
    Bentuk orang pertama jamak merupakan titik awal kita untuk mengkritisi suatu karya yang dianggap sebagai karya Lukas, Karena perikop kami, muncul tanpa adanya penjelasan di tengah-tengah narasi yang menggunakan bentuk orang ketiga. Dan ada beberapa teori yang bisa menjelaskan fenomena tersebut, seperti :   
  1. Bentuk orang pertama yang dipakai, mengindikasikan bahwa penulis ingin menunjukkan jika ia sendiri hadir di bagian kisah tersebut sebagai rekan seperjalanan Paulus.
  2. Perikop kami merupakan seluruh atau sebagian dari buku harian atau catatan perjalanan penulis yang mengandung informasi tentang tempat-tempat yang dikunjungi, orang-orang yang dijumpai, dan juga tentang peristiwa-peristiwa yang disaksikan. Ia mengutip bagian-bagian yang relevan, dengan mempertahankan pemakaian orang pertama seperti pada catatan aslinya.
  3. Penulis menggunakan buku harian atau catatan perjalanan orang lain, dan mempertahankan bentuk orang pertama.
  4. Adapun kemungkinan lain ialah bahwa bentuk orang pertama tidak menunjukkan sebagai saksi mata, tetapi sengaja dimasukkan oleh penulis untuk memberikan kesan bahwa apa yang ia catat benar adanya, ini berarti bahwa bentuk orang pertama merupakan gaya sastra yang sepenuhnya fiksi.4
Di sini kita perlu mengingat, bahwa teori yang dikemukakan di atas, itu semua perlu di nilai berdasarkan kemungkinan atas karya yang anonim. Dan sejak awal, Lukas tidak pernah disebutkan pada Fragmen Papias, sebagaimana Injil Matius dan juga Markus. Dan acuan paling tua dalam tradisi,  ditemukan pada komentar Irenaeus yang menyatakan bahwa Lukas adalah pendamping Paulus, yang telah menuliskan Injil yang diberitakan oleh Paulus ke dalam sebuah buku, begitu pula yang telah disampaikan oleh Kanon Muratorian, Eusebius, Tertullian, dan lain-lain.5
    Pada umumnya, Kristen meyakini bahwa Lukas adalah teman seperjalanan Paulus yang menulis atas setiap kejadian ketika ia sedang bersama  dengan Paulus. Namun nampaknya, Lukas yang menulis Injil Lukas dan juga KPR, yang sekaligus di anggap sebagai pengikut Paulus, telah disangsikan oleh karena adanya beberapa alasan.6 Pertama, unsur pokok theologi Paulus tidak ada pada tulisan Lukas, tulisannya hanya menggemakan tentang pembenaran oleh iman, dan teologi Lukas sendiri berbeda dengan Paulus. Kedua, Lukas tidak menginformasikan secara tepat tentang perjalanan Paulus. Sebagai contoh, KPR menginformasikan bahwa Paulus telah lima kali ke Yerusalem (KPR 9:26; 11:30; 15:2), sedangkan menurut surat-surat Paulus, hanya tiga kali (Galatia 1:18; 2:1). Ketiga, menurut laporan KPR, misi Petrus kepada orang yang bukan Yahudi telah mendahului misi dari Paulus (KPR 10:1-11:18), sedangkan Paulus harus mempertahankan misinya kepada orang yang bukan Yahudi di hadapan tiga pilar (Yakobus, Petrus, dan Yohanes) di Yerusalem.7

Menelusuri Bukti Internal Injil Lukas
    Mengenai profesi Lukas, tidak ada informasi yang bisa kita dapatkan di dalam Injil Lukas. Dan secara spesifik, hal yang bersifat medis pada tulisan Injil Lukas, sudah tidak lagi memberikan bobot yang berarti. Adanya penceritaan atas profesi Lukas dan juga sebagai rekan Paulus, hal tersebut hanya bisa kita dapatkan dari Surat-surat Paulus (misalnya, Kol. 4:14; 2Tim. 4:11). PB, tidak menceritakan banyak hal tentang Lukas yang secara tidak langsung menunjukan bahwa Lukas  ialah seorang non-Yahudi, yang dalam daftar salam pada Kolose 4, Lukas dibedakan dari orang-orang yang bersunat. Sedangkan beberapa tradisi mengaitkan dirinya dengan gereja Antiokhia,8 sementara perikop kami pada KPR, yang berawal di Filipi, dianggap bahwa ia berasal dari kota tersebut. Sedangkan menurut Ramsay, bahwa Lukas adalah orang Makedonia yang berseru-seru di mimpi Paulus.9 Atas adanya informasi tersebut, ada yang menduga pula bahwa Pauluslah yang telah memberitakan Injil kepadanya,10 dan Tertullian meyakini, bahwa Lukas bukanlah muridnya Yesus melainkan muridnya Paulus.11
    Lalu dari siapakah sumber kepenulisan Injil Lukas dan juga KPR ini didapatkan ? Athanasius berpendapat, bahwa Petrus sendirilah yang telah mendiktekan KPR kepada Lukas, sedangkan untuk Injil Lukas didiktekan oleh Paulus.12 Dengan adanya pendapat dari Tertullian dan Athanasius tersebut, tentunya telah menguatkan dugaan kita bahwa Lukas bukanlah muridnya Yesus (yang menjadi salah satu dari dua belas muridnya Yesus). Keyakinan tersebut telah dikuatkan saat kita menilik Injil Lukas 21:24, yang Lukas sendiri melihat kembali kebelakang, yakni kepada kehancuran kota Yerusalem dan menyinggung pula tentang kematian Paulus (KPR 20:25, 38; 21:13). Dan tentang hal tersebut, Benyamin berpendapat, bahwa Lukas telah menulis dari titik pandang orang Kristen pada generasi ke-3,13 yang mengimplikasikan bahwa apa yang Lukas tulis selama ini telah mencerminkan bukan sebagai saksi mata di masa Yesus, melainkan sebagai pengumpul berita yang telah ia dapatkan dari berbagai sumber.
    Sedangkan yang berkaitan dengan KPR, ada beberapa kesenjangan informasi yang terdapat pada KPR dengan surat-surat Paulus, yang hal tersebut telah mengukuhkan dugaan kita bahwa KPR tidaklah ditulis oleh Lukas, dan penulisnya bukan pula sebagai orang yang mendampingi perjalanan Paulus. Pertama, adanya peran Ananias dalam kisah pertobatan Paulus yang dianggap melawan catatan Paulus di Galatia, bahwa tidak ada perantara manusia yang berperan dalam pertobatannya. Kedua, adanya perbedaan catatan  dengan Surat Galatia dalam hal kunjungan Paulus ke Yerusalem. Ketiga, Sikap Paulus terhadap Taurat dalam penyunatan Timotius dan saat ia mengambil sumpah Yahudi, yang dianggap berbeda dengan sikap Paulus terhadap sunat yang ada di dalam surat-suratnya Paulus. Keempat, Dekrit Sidang Yerusalem di mana berdasarkan atas apa yang tercatat pada Surat Galatia, tentunya Paulus tidak mungkin mau menerima adanya pembatasan apapun terhadap orang Kristen yang non-yahudi. Kelima, adanya perselisihan antara Petrus dan Paulus di Antiokhia. Menurut beberapa theolog, catatan Lukas akan pengajaran Paulus begitu berbeda dari catatan Paulus sendiri, yang tentunya penulis tersebut dinilai tidak mengenal sama sekali Paulus, contoh kesenjangan theologi yang dimaksud ialah tentang sikap Paulus tehadap Hukum Taurat.14
   
Kesimpulan
    Uraian di atas, tentunya telah mementahkan pendapat Kristen pada umumnya, yang meyakini bahwa Lukas adalah muridnya Yesus. Pada Injil Lukas, tidak ada informasi yang bisa kita andalkan untuk mendapatkan informasi secara akurat, bahwa penulis Injil Lukas adalah Lukas itu sendiri. Karena hal itulah, untuk mengetahui siapa pengarang Injil Lukas, para sarjana telah melakukan penyesuaian narasi Injil Lukas dengan KPR, dikarenakan adanya nama Teofilus pada kedua kitab tersebut, yang pada akhirnya telah memunculkan berbagai anggapan bahwa penulis dari kedua kitab tersebut adalah orang yang sama.
    Ketika Tertullian dan juga Athanasius menyakini bahwa Lukas bukanlah muridnya Yesus, tentunya pandangan tersebut telah menyudutkan keyakinan Kristen selama ini, yang meyakini bahwa Lukas adalah muridnya Yesus. Ketika Bapa-bapa Gereja berpendapat demikian, tentunya penisbatan Lukas sebagai muridnya Yesus telah berdiri di atas sebuah keyakinan yang tidak mendasar, karena tidak ada catatan ataupun pendapat dari Bapa Gereja yang mengutarakan bahwa Lukas adalah muridnya Yesus. Terlebih para Bapa Gereja sendiri pun bukanlah orang yang hidup sezaman dengan Yesus, yang tentunya anggapan yang dibangun pun berdasarkan sebuah prasangka yang pada akhinya membentuk sebuah keyakinan dikemudian hari.
    Adanya pendapat yang paling tua, yakni dari Irenaeus, yang menyatakan bahwa Lukas adalah pendampingnya Paulus, telah membuat Willi Marxsen memberikan kepada kita lampu kuning, untuk berhati-hati atas hal tersebut. Karena menurut Willi, Paulus sama sekali tidak dianggap sebagai penjamin bagi karya Lukas.15 Dengan menilik kesenjangan antara Injil Lukas-KPR dengan Surat-surat Paulus, tentunya, pernyataan Willi bisa dianggap cukup beralasan dan perlu kita gunakan sebagai tolok ukur dalam menggali informasi terkait tentang kepengarangan Injil Lukas dan juga KPR, terlebih Irenaeus sendiri tidak hidup sezaman dengan murid-muridnya Yesus. Ketika hal tersebut memang benar apa adanya, tentu saja Injil ini dan juga KPR masih dinilai sebagai karya anonim.
   
Catatan Kaki :
  1. DR. Hamid Qadri, Awan Gelap Dalam Keimanan Kristen.
  2. J. A. Fitzmyer, The Gospel According to Luke.
  3. H. J. Cadbury, The Making of Luke-Acts.
  4. E. Haenchen, The Acts of the Apostles.
  5. Archibald Aleander, Canon of the Old and New Testaments Ascertained, or The Bible Complete without the Apocrypha and Unwritten Traditions.
  6. Leon Morris, New Testament Theology.
  7. Udo Schnelle, Apostle Paul, His Life and Theology.
  8. Misalnya, Prolog anti-Marcion. Namun jika Teks Barat, yakni Codex Bezae, pada KPR 11:28 dianggap benar, tentunya perikop kami yang pertama muncul di Antiokhia.
  9. Sir W.M.Ramsay, St. Paul the Traveller and Roman Citizen; Luke the Physician and Other Studies.
  10. S.C.Carpenter, Christianity According to St. Luke.
  11. Archibald Aleander, Canon of the Old and New Testaments Ascertained, or The Bible Complete without the Apocrypha and Unwritten Traditions.
  12. Ibid.
  13. Pdt.Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya.
  14. E. Haenchen, The Acts of the Apostles.
  15. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru – Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya.

Comments