Siapakah Penulis Injil Yohanes ?

Oleh : Sang Misionaris (SM).


Pendahuluan
    Sebagaimana yang telah penulis singgung di awal, pada artikel ini bahwa sosok pengarang Injil Yohanes sebenarnya telah terpengaruh oleh pemikiran helenistik, seperti halnya Philo; sebagaimana yang terlihat dalam prolognya Injil Yohanes yang menyinggung tentang Logos. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa kepenulisan Injil Yohanes merupakan sebuah sanggahan bagi keyakinan Donetis, dan bahkan ada pula gagasan lain, bahwa Yohanes sendiri sebenarnya telah dipengaruhi oleh konsepsi dari Agnostik.1  Dan di sini, kita akan menelusuri tentang penulis Injil Yohanes, yang pendapat umum Kristen meyakini, bahwa pengarang Injil Yohanes ialah Yohanes bin Zebedeus. Namun sebenarnya, jika kita menilik pelbagai literatur Kristen, sebenarnya banyak gagasan-gagasan yang telah diajukan oleh para sarjana Kristen dalam mencari tahu nama dari sipenulis Injil Yohanes ini. Implikasi tersebut, sebenarnya memberikan gagasan kepada kita, bahwa siapapun namanya yang telah dinisbatkan pada Injil ini, sebenarnya tidak mengurangi atau bahkan menghilangkan anonimitas Injil Yohanes. Lalu, gagasan-gagasan seperti apa yang dikemukakan oleh para sarjana Kristen dalam mengidentifikasikan penulis Injil Yohanes ? Mari, kita telusuri bersama.

Keyakinan Atas Tradisi Awal
    Tradisi gereja belakangan, telah menyebutkan bahwa penulis Injil Yohanes ialah Yohanes anak Zebedeus, sebagai pengarangnya.2 Dan tradisi tersebut, telah dianut oleh pihak gereja hingga sekarang. Namun demikian, ada cukup banyak pakar yang telah meragukan tradisi tersebut, yang disebabkan karena beberapa alasan berikut :3
  1. Bagaimana mungkin seorang nelayan dari Galilea, seperti Yohanes murid Yesus itu, mampu berbahasa Yunani dengan baik.
  2. Bagaimana mungkin seorang saksi mata, seperti Yohanes, begitu bebas dalam memberikan penafsiran atas apa yang didengar dan dilihatnya.
  3. Jika memang Yohanes seorang saksi mata, mengapa ia sangat bergantung pada tradisi yang berkembang dalam jemaat dan menyerap begitu banyak gagasan serta pikiran yang tidak begitu saja berasal dari Yesus.
Dan dalam tradisi, pengarang Injil Yohanes yang diyakini sebagai Yohanes anak Zebedeus, telah disamakan dengan murid yang dikasihi Yesus. Meskipun pada Injil ini, ia mulai muncul dalam Yohanes 13:23-25; 19:26-27; 20:2-8; 21:18-25.
    Menurut Injil Sinoptik, murid-murid yang paling akrab dengan Yesus ialah Petrus, Yohanes bin Zebedeus, dan Yakobus (Matius 17:1; Markus 5:37; 14:33). Bagi para sarjana yang meyakini bahwa pengarang Injil Yohanes adalah Yohanes bin Zebedeus, telah menyangsikan ketidakmungkinan Injil ini ditulis oleh Petrus, dan juga oleh Yakobus. Dengan merujuk pada Yohanes 21:22-23, pendukung gagasan ini meyakini bahwa murid yang satu ini hidup cukup lama, dan tidak mungkin jika penulisnya ialah Yakobus yang telah mati terlebih dahulu sekitar tahun 41 M. Yang pada akhirnya, tentang siapa pengarang Injil Yohanes, tertuju pada Yohanes bin Zebedeus, walaupun pada dasarnya, ia sendiri tidak pernah disebut secara tegas dalam Injil Yohanes.4 Namun demikian, tetap saja upaya dalam menyamakan penulis Injil ini dengan murid yang dikasihi Yesus, sulit untuk diyakinkan. Meski Yohanes 21:24 menyarankan hal tersebut, akan tetapi, bagian tersebut telah diyakini bukan berasal dari penulis.5
   
Polemik Tentang Murid Yang Dikasihi Yesus
    Dengan adanya frasa “murid yang dikasihi Yesus”, hal itu telah menjadikan sebagai pijakan awal dalam menentukan bahwa pengarang Injil Yohanes itu ialah Yohanes bin Zebedeus, walaupun di sisi lain, hal tersebut masih menyisakan permasalahan lain. Bagi para pendukung teori ini, mereka memberikan berbagai bukti internal dan juga eksternal biblikal dalam pemaparannya,6 yang menurut mereka, hal itu adalah sebagai bukti penguat atas argumentasinya. Namun masalahnya, adakah orang yang bisa menyebut dirinya “murid yang dikasihi Yesus” ? Beberapa theolog menyakini bahwa hal ini amat tidak mungkin, sehingga terlepas dari adanya berbagai bukti yang telah dipaparkan oleh para pendukun teori ini, tentunya mereka merasa wajib untuk memberikan jawaban lain, atau membedakan murid itu dengan penulisan Injil Yohanes.
    Adanya kesulitan atas jawaban tersebut, tentunya harus diakui oleh para para theolog yang mendukung teori ini. Tetapi, apakah sepenuhnya bisa dikatakan mustahil jika Yohanes menyebut dirinya  sebagai “murid yang dikasihi Yesus” ? Tentunya frasa tersebut mengimplikasikan adanya sikap pilih kasih yang dilakukan oleh Yesus terhadap muridnya yang lain. Karena satu sisi, ia melebihkan seorang murid, namun di sisi lain, ia mengesampingkan murid-muridnya yang lain, maka jelas bahwa sebutan itu sangat sulit untuk kita pahami. Suatu hal yang tidak mungkin, jika sekiranya Yesus pilih kasih kepada murid-muridnya. Dan bisa jadi, dengan adanya frasa tersebut mengimplikasikan adanya kecanggungan dari sipenulis Injil ini, dan menilai suatu hal yang tidak normatif, ketika sosok yang dikasihi itu disebutkan.
    Selain adanya teori yang menisbatkan bahwa murid yang dikasihi Yesus itu adalah Yohanes bin Zebedeus, ada pula gagasan lain yang lebih banyak dipegang tentang “murid yang dikasihi Yesus”, yang menganggap bahwa ia adalah Lazarus.7 Alasannya, bahwa murid terkasih ini pertama kali muncul setelah Lazarus diperkenalkan pada pasal 11 dan 12. Selain itu, pada 11:3, Lazarus pun disebut pula sebagai “dia yang Engkau kasihi”. Terlebih, pandangan tersebut telah didukung pula oleh Klassen dan Snyder,8 yang menganggap bahwa pandangan tersebut sangat sesuai dengan tema kehidupan yang begitu dominan di Injil yang keempat. Adapun dugaan lain tentang “murid yang dikasihi Yesus”, ada yang mengarahkannya kepada Matias, sebagaimana yang telah diusung oleh Titus.9 Ia beralasan, bahwa simbol Yudas sebagai model orang Yahudi yang telah digantikan oleh seseorang yang mewakili orang Kristen. Namun kaitan Kisah Para Rasul 1 dengan Injil Yohanes telah dianggap tidak jelas oleh sarjana lainnya, sehingga Sanders kembali mengusulkan Lazarus sebagai murid terkasih. Karena menurutnya, pengaitan Injil keempat dengan Yohanes berawal dari adanya opini bidat.
    Sedangkan theolog lain ada yang mempunyai gagasan lain, bahwa murid terkasih merupakan suatu figur yang ideal.10 Anonimitas ini, dianggap telah menunjukkan bahwa Injil Yohanes bukanlah sebagai karya dari seseorang, melainkan sebagai hasil karya dari suatu jemaat. Menurut pendukung teori ini, pemaparan kehidupan dan pengajaran Yesus menjadi kesaksian jemaat atas dirinya dan juga Tuhannya. Namun menurut Scott,11 murid yang dikasihi ini adalah prototipe gereja di masa depan, sedangkan menurut Grant,12 bahwa hal tersebut merupakan suatu simbol yang tidak bersifat historis.

Polemik Terhadap Nama Yohanes
    Menurut Yohanes 21:20-24, bahwa murid yang dikasihi Yesus itu tidak akan mati sampai Yesus datang. Akan tetapi, ternyata murid yang ditampilkan sebagai saksi mata itu, ternyata mengalami kematian. Keadaan demikian, tentunya mengindikasikan bahwa para saksi mata sudah tidak ada lagi sewaktu Injil ini ditulis.13 Sedangkan jawaban umum Kristen, bahwa Yohanes bin Zebedeus adalah pengarang Injil Yohanes, bukanlah satu-satunya teori yang dikemukakan oleh para sarjana Kristen; sebagaimana yang telah penulis sampaikan di atas.
    Ada beberapa teori tentang kepenulisan Injil Yohanes, yang setiap masing-masing gagasan, memiliki variasi yang berbeda. Hal itu terjadi, karena adanya asumsi awal, bahwa penulis Injil ini ialah yang bernama Yohanes, sedangkan nama Yohanes merupakan nama yang lazim digunakan pada masa itu.
  1. Rasul Yohanes
    Penulis Injil Yohanes, diyakini bernama Yohanes yang ia sendiri adalah seorang Rasul. Pandangan ini, merupakan pendapat tradisional yang banyak diyakini oleh Kristen hingga saat ini. Meski pandangan tradisional berpendapat demikian, namun pada kenyataannya mengalami perkembangan dalam gagasannya; meyakini bahwa Rasul Yohanes sebagai saksi mata, sementara yang menuliskannya ialah orang lain. Hal ini sebenarnya menyerupai relasi antara Petrus dan Markus dalam penulisan Injil kedua, yakni sebagaimana yang terjadi pada Injil Markus. Dan teori ini, ternyata diadopsi oleh Tasker.14
  1. Yohanes dari Yerusalem
    Bagi para pendukung teori ini, meyakini bahwa pengarang Injil Yohanes ialah Yohanes dari Yerusalem. Hal tersebut didasari karena adanya sebuah anggapan yang menitikberatkan pengaruhnya Yohanes dari Yerusalem di antara jemaat Asia. Ia dilatih dalam rabbinisme dan dianggap hadir saat perjamuan terakhir Yesus. Walaupun demikian, bagi penolak teori ini merasa kesulitan dalam mengaitkan penulis Injil Yohanes dengan saksi mata.
  1. Penatua Yohanes
    Banyak para theolog yang menerima pernyataan yang terkenal dari Papias,15 bahwa ada Yohanes lain yang memiliki hubungan dengan Efesus dan terkait pula dengan penulisan Injil keempat, yakni Injil Yohanes. Dengan adanya keyakinan tersebut, mengakibatkan adanya anggapan bahwa tradisi yang awalnya mengalami kemapanan, pada akhirnya dianggap sebagai suatu kesalahan dalam menafsirkan atas adanya bukti eksternal, selain adanya sikap mencampuradukkan antara Penatua Yohanes dengan Rasul Yohanes. Dampak lain dari adanya teori ini, pada akhirnya menurunkan bobot pembuktian Irenaeus yang  mengasumsikan bahwa ia sebenarnya merujuk kepada Penatua Yohanes, bukan kepada Rasul Yohanes.
    Ketika nama Yohanes sudah lazim digunakan kala itu, tentunya kita tidak bisa merujuk pada satu gagasan sebagaimana umumnya yang telah diyakini oleh Kristen, bahwa penulis Injil Yohanes itu adalah seorang Rasul, yang nama lengkapnya diakui sebagai Yohanes bin Zebedeus. Dari adanya realitas tersebut, tentunya hal itu merupakan sebuah penolakan yang logis, terlebih, orang-orang yang hidup sezamannya tidak ada yang mengisahkannya. Pengisahan dan bahkan penisbatan atas kepengarangan Injil ini kepada Yohanes, ternyata dilakukan pertama kali oleh Irenaeus, yang ia sendiri mengandalkan Polikarpus. Sedangkan, penisbatan bahwa penulis ini seorang Penatua pun mengalami kondisi yang sama, sebagaimana yang disampaikan oleh Papias. Tentunya, untuk mendapatkan keotentikan sumber, kita harus menggali informasi lebih terhadap sipemberi informasi tersebut, yang masa hidupnya mempunyai jarak yang dekat dengan orang yang dianggap sebagai penulis, dan informasi yang selalu diandalkan oleh Kristen, khususnya dalam hal ini ialah Polikarpus.
    Eusebius mencatat bahwa guru Irenaeus adalah Polikarpus, yang diklaim bahwa ia sendiri belajar kepada Yohanes. Eusebius pun melaporkan pula perjumpaan Yohanes dengan Cerinthus di Efesus. Adapun rujukan lain kepada Polikarpus ialah ditemukannya dalam surat Irenaeus kepada Florinus, di mana ia mengingatkan teman masa kecilnya tentang perjumpaan awal mereka dengan Polikarpus, dan juga tentang cerita Polikarpus akan perbincangannya dengan Yohanes dan orang lain yang telah melihat  Yesus. Dengan mengandalkan kesaksian dari Polikarpus seperti itulah, Irenaeus akhirnya memberikan penilaian bahwa Rasul Yohanes sebagai penulis Injil Yohanes, dan diyakini bahwa Injil ini diterbitkan di Efesus.
    Pembuktian Irenaeus di atas, rupanya menjadi sasaran kritik dari para theolog. Ingatan masa kecil Irenaeus tidak bisa diandalkan, karena orang yang dikenal oleh Polikarpus, sebenarnya bukanlah Rasul Yohanes, melainkan Yohanes yang lain, akibatnya, ia sendiri dinilai melakukan kesalahan dalam pengidentifikasiannya. Dan Polikarpus, merupakan satu-satunya orang yang diandalkan oleh Irenaeus, terkait informasi ini. Menurut Sanders,16 karena kebanggaan orang Kristen dari Efesuslah yang membuat mereka pada akhirnya mengangkat Yohanes sebagai Rasul, dan keinginan mereka memperoleh dukungan rasuli dalam kontroversi Quarodeciman, yang pada akhirnya membuat mereka mengaitkan Injil mereka dengan Rasul Yohanes. Atas hal itu Bacon berpendapat,17 bahwa kesaksian Irenaeus dalam hal Yohanes sebagai orang Efesus bukan saja tidak akurat, tetapi juga diwarnai oleh suatu maksud tertentu.
    Saat validitas informasi menjadi sebuah acuan dasar, namun yang dijadikan acuan ternyata mengandalkan informasinya pada satu orang; sebagaimana yang terjadi pada Irenaeus, tentunya pandangan Irenaeus tidak bisa kita andalkan. Terlebih, Polikarpus sendiri tidak menyebutkan Yohanes dalam suratnya kepada gereja Filipi, sebagaimana penyebutannya kepada Paulus. Dan pada akhirnya, kesimpulan kita tentang siapa penulis Injil Yohanes, tentunya bisa dikatakan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh James. Ia menegaskan, “Kesimpulannya tampaknya memaksa kita bahwa penulisan apostolik dari Injil keempat tidak mendapatkan dukungan yang memadai, baik dari pernyataan pada bagiannya sendiri, maupun dari kesaksian eksternal yang terpercaya”.18

Kesimpulan
    Dengan banyaknya gagasan yang telah dikemukakan oleh para sarjana Kristen dalam menggali informasi terkait kepenulisan Injil Yohanes, tentunya hal tersebut bisa dikatakan bahwa keyakinan Kristen selama ini sebenarnya telah bersandar pada probabilitas subjektif. Selain itu, dengan banyaknya gagasan seperti di atas, sebenarnya telah mementahkan kemapanan Kristen selama ini, yang meyakini bahwa pengarang Injil Yohanes adalah muridnya Yesus. Bukti internal biblikal, telah menghasilkan perbedaan pandangan terkait kepenulisan Injil Yohanes, begitupun yang terjadi pada bukti eksternal. Untuk mengurai kebuntuan yang ada, Chilton sampai pada kesimpulan,19 “Nama Yohanes sendiri lazim digunakan dan murid yang disayangi itu tidak perlu sebagai salah satu dari dua belas muridnya Yesus”. Jika Chilton berkesimpulan demikian, lalu siapakah sebenarnya penulis Injil Yohanes ? Untuk mengkompromikan polemik yang ada dikalangan sarjana, tentunya Injil ini masih tetap dinilai sebagai sebuah karya yang anonim, sebagaimana Injil Sinoptik lainnya.
   
   

Catatan Kaki :
  1. Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula.
  2. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru – Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya.
  3. Pdt. DR. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
  4. Drs. M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru.
  5. C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru.
  6. W. Michaelis, dalam Einleitung in das Neue Testament, menegaskan bahwa murid yang dikasihi adalah Yohanes bin Zebedeus, khususnya berdasarkan bukti Yohanes 21:2.
  7. J.N. Sanders, Who Was the Disciple Whom Jesus Loved ?
  8. Current Issues in New Testament Interpretation.
  9. Journal of Biblical Literature.
  10. A. Correll, Consummatum Est.
  11. E.F. Scott, The Fourth Gospel, Its Purpose and Theology.
  12. R.M. Grant, A Historical Introduction to the New Testament.
  13. Pdt. DR. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
  14. R.V.G. Tasker, The Gospel According to St. John.
  15. Menurut Eusebius, dalam HE,iii, Papias di Dominican Expositions berkata, “Jika datang seseorang yang pernah menjadi pengikut para Penatua, saya biasa menanyakan perkataan para Penatua itu pernah katakan, dan apa yang Aristion dan Penatua Yohanes, murid-murid Tuhan, katakan. Saya tidak menganggap manfaat yang saya peroleh dari isi buku dapat sebanyak yang saya peroleh dari ucapan mereka yang hidup dan yang tinggal menetap.”
  16. The Fourth Gospel in the Early Church.
  17. B.W. Bacon, The Fourth Gospel in Research and Debate.
  18. The Seat of Authority in Religion.
  19. Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula.

Comments

  1. Anda itu siapa mo mentahkan injil Yohanes, tulisan anda dibanding dengan tulisan bapa2 Gereja mana lebih otentik ?

    Bualan yang tidak luculah. Boleh lah berpendapat tapi ng mutlak, apalagi anda manusia abad 21, jauh banget jaraknya dengan injil Yohanes, ya pasti tidak otentiklah anda itu.

    Sy lebih percaya tulisan bapa2 gereja dan tradisi pada saat Yohanes menulis injil dari pada teori spekulatif anda, anda seperti kucing berasa singalah, OK GBU

    ReplyDelete
  2. Soal otentik itu bukan berdasarkan asumsi bapak2 gereja. tapi bukti manuscript2 dari kitab tsb. Apakah mungkin seorang Yohanes anak Zebedeus murid Yesus yg cuma nelayan dari tanah Palestina menulis kitab injil yang berbahasa Yunani? apalagi Injil Yohanes ini isinya banyak bertentangan dengan 4 Kitab injil lainnya.

    ReplyDelete
  3. Ya memang penulis injil Yohanes bukanlan Yohanes murid Yesus. utk pembuktiannya silahkan liat link dibawah ini......
    https://www.sabdaspace.org/injil_yohanes_siapa_penulisnya_pembuktian_internal_dari_injil

    ReplyDelete
  4. Yohanes bukan pengarang injil..
    Yohanes itu Penulis injil
    Sy kira kamu tau beda penulis dan pengarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apakah perkataan dan perbuatan yesus didengar dan ditulis di alkitab oleh murid2nya?

      Delete
  5. Siapapun yang nulis kitab itu yg paling penting ajaran2 yang ada di kitab itu tidak membuat pembacanya jadi pembunuh, teroris, pedofil, penipu, pencuri, dan pembuat2 kejahatan yg lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fakta dikantong kantyong Kristen yg banyak terjadi seperti yg lu tulis kok. .

      Delete
    2. Elu yang teroris..,. Buktinya nabi muhammad lu yang mencontohkannya ! dia juga teroris !

      Delete
  6. saya sedang mempelajari injil.. dan memang sampai saat ini yang saya tahu.. injil itu kumpulan karya2 orang...entah siapa orang itu masih misterius belum jelas dari mana asal usulnya masih menjadi perdebatan... sehingga isinyapun belum layak untuk diterjemahkan secara hati2 karena apakah itu benar2 murni firman tuhan atau karya2 orang ataupun jemaat gereja...

    ReplyDelete
  7. Kelihatannya penulis artikel ini tidak mengenal Allah dan kuasaNya, sama seperti org2 Israel yg bingung bagaimana mungkin rasul2 itu dpt berkata-kata dlm bahasa2 baru:

    (Markus 16:17 (TB) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.

    Maupun dalam:

    Kisah Para Rasul 2:6-8 (TB) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
    Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
    Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:

    ReplyDelete
  8. Fakta ditampakkan. Otak domba nggak nyampai. Kalau pun nyampai, ditutup tutupi.

    ReplyDelete

Post a Comment