Berbagai Salinan Dan Terjemahan Alkitab (Perjanjian Lama Dan Baru)

Oleh: Sang Misionaris


Pendahuluan
    Dengan banyaknya salinan dan terjemahan Alkitab, hal itu tidaklah menjamin dan membuktikan bahwa Alkitab terjaga keasliannya, karena apa yang didapatkan oleh Kristen hanyalah salinan dan terjemahannya saja, bukan hasil terjemahan yang didapatkan dari naskah asli Alkitab. Adanya berbagai salinan Alkitab, yang terdiri dari manuskrip dan papirus, misalnya, ternyata isinya pun tidaklah seutuhnya didapatkan dan tidak pula seutuhnya sama dengan Alkitab yang digunakan oleh Kristen saat ini. Bahkan lebih dari itu, manuskrip Alkitab yang satu dengan yang lainnya memiliki banyak perbedaan, dan begitu pula dengan papirus Alkitab, yang hanya baru ditemukan secuil, layaknya kertas yang telah dirobek. Alkitab terus mengalami perevisian seiring dengan ditemukannya manuskrip atau papirus lainnya, baik itu karena disebabkan masalah yang bersifat alami, seperti hilang atau terhapusnya huruf, maupun perevisian yang sifatnya disengaja karena alasan penyocokkan kalimat dengan bahasa yang saat ini sedang digunakan. Namun demikian, perbaikan atau perevisian Alkitab yang dilakukan oleh Kristen tidaklah menginduk pada naskah asli Alkitab, yang memang tidak dimiliki oleh Kristen, melainkan hanya mengandalkan pada salinan dan terjemahan Alkitab, di mana kondisi tersebut telah mengakibatkan pihak-pihak tertentu dalam Kristen saling berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam mengandalkan terjemahan dan salinan Alkitab. Seperti apakah sejarah singkat salinan dan terjemahan Alkitab, baik Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru? Papirus dan manuskrip Alkitab apa saja yang telah berhasil ditemukan oleh Kristen dan sejak kapan salinan serta manuskrip tersebut disalin? 


Sejarah Singkat Salinan-salinan Kuno Perjanjian Lama
    Pada masa 400 SM hingga tahun 70 M, terdapat usaha untuk memelihara dan memperbaiki hasil penyalinan. Pada masa ini, beredar salinan-salinan yang tidak persis sama dengan Kitab Gulungan Mati, terjemahan Septuaginta, Pentateukh orang Samaria, salinan yang menjadi dasar salinan Masorete, atau yang lainnya. Dan sudah barang tentu, kondisi tersebut telah melahirkan berbagai teori dalam menjelaskan sumber atau tradisi yang ada di belakang salinan-salinan ini. Dan, mungkin saja Septuaginta dan Pentateukh orang Samaria berasal dari sebuah sumber zaman kuno di Palestina. Sedangkan salinan Babel disimpan di Babel, kemudian diperkenalkan kepada orang Yahudi di Palestina ketika mereka kembali ke sana.
    Pada tahun 70 hingga abad ke-11 M, merupakan masa standarisasi salinan. Upaya ini muncul karena penafsiran rabi yang ketat telah menuntut sebuah salinan yang standar. Selain itu, ada dua faktor lain yang membuat orang Yahudi merasa perlu untuk menyeragamkan salinan-salinan ini. Pertama, orang Yahudi terdesak atas perkembangan kekristenan yang membutuhkan salinan yang dapat diandalkan. Kedua, dengan hancurnya Yerusalem pada tahun 70 M, bangsa ini membutuhkan salinan yang berwibawa untuk menguatkan imannya. Sedangkan antara tahun 500 hingga 1000 M, para sarjana Yahudi yang mendapatkan pendidikan dan menghasilkan tafsiran yang seragam dan normatif untuk hukum lisan, yang mereka dapatkan pendidikan tersebut dari Sekolah Babel dan Sekolah Palestina, yang berada di Tiberias, telah berupaya mengamankan salinan kuno, dan memberikan berbagai tanda baca pada salinan-salinan, di mana para sarjana Yahudi tersebut dikenal dengan nama Masorete. Meski pada sebelum tahun 600 M, salinan kitab Yahudi sudah ada sejumlah tanda yang menunjukkan konsonan, jeda, dan pisahan kata. Namun, dengan berhentinya bahasa Ibrani sebagai bahasa lisan, timbullah masalah dalam pembacaan. 
    Pada tahun 1330 M, seorang rabi yang bernama Salomon ben Ismael, telah memberi tanda angka pada pasal yang dicantumkan pada tepi halaman Alkitabnya. Selain itu, ia juga memberi tanda angka pada ayat atau bagian yang diperdebatkan. Adapun pembagian pasal, pada dasarnya sesuai dengan apa yang dilakukan Masorete, walaupun tidak seluruhnya sama. Sedangkan pembagian ayat sudah dilakukan jauh lebih awal, karena orang Yahudi menerjemahkan bagian demi bagian kitabnya mereka ke dalam bahasa Aram. Pada tahun 500 M, pembagian ayat mungkin sudah menjadi hal yang baku, dan pada tahun 1547 M, digunakan pada kitab yang telah dicetak, yaitu edisi Bomberg. 
    Tahun 1488 M, PL yang telah komplit beserta tanda vokal dan aksennya, diterbitkan. Edisi yang bernama Soncino Bible, yang direvisi pada tahun 1495, menjadi dasar terjemahan Marthin Luther. Pada tahun 1516-1517, Daniel Bomberg, seorang pedagang Kristen, menerbitkan Great Rabbinic Bible. Kemudian, ia bekerjasama dengan Jacob ben Hayyim bin Adonijah, dengan menerbitkan Second Great Rabbinic Bible pada tahun 1524-1525, di mana edisi ini menjadi standar salinan Masorete selama 400 tahun, yang juga dikenal dengan nama teks ben Hasyim. Edisi tersebut dibuat berdasarkan salinan yang cukup banyak, meskipun salinan-salinan ini tidak begitu tua dan tidak jelas asalnya. Walaupun demikian, salinan ini cukup dihormati, bahkan Rudolf Kittle mencetak Biblia Hebraica berdasarkan salinan ben Hayyim, yang disingkat menjadi BHK, yang edisi pertama dicetak pada tahun 1906 dan edisi kedua dicetak pada tahun 1913. 
    Pada tahun 1937, Paul Kahle menerbitkan Biblia Hebraica edisi ke-3 dalam bentuk satu jilid. Edisi ini berupaya menerobos salinan ben Hayyim agar dapat menyelidiki kodeks-kodeks yang berhubungan dengan keluarga ben Asher. Untuk pertama kalinya, Kodeks Leningrad dipakai dalam edisi ini, meskipun terdapat kelemahan pada catatan kakinya. Edisi ini kemudian diganti dengan Biblia Hebraica Stuttgartensia, yang disingkat menjadi BHS, yang diedit oleh K. Elliger dan W. Rudolph. BHS ini diterbitkan dalam satu jilid pada tahun 1977. 
   
Berbagai Salinan Dan Terjemahan Alkitab: Perjanjian Lama
I. Codex yang berhubungan dengan keluarga ben Asher.
1. British Museum Codex of Pentateuch (Oriental 4445). Disalin atas nama Aaron ben Asher pada tahun 820-850 M. Isinya mencakup bagian dari Kitab Kejadian 39-20 hingga Ulangan 1:33.
2. The Cairo Codex of the Prophet (C) atau Codex Cairensis of the Prophet. Disalin pada tahun 894-895 M, isinya mencakup kitab-Kitab para nabi awal (Kitab Yosua, Hakim-Hakim,1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja) dan kitab para nabi akhir (Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, dan 12 kitab nabi). Ini adalah kodeks Ibrani yang tertua yang disalin oleh Moshe ben Asher.
3. Babylonian Codex of the Prophet, yang pernah dikenal sebagai Petersburg Codex (P). Disalin pada tahun 916 M, yang isinya mencakup kitab para nabi awal dan akhir. Walaupun kodeks ini termasuk dari keluarga ben Asher, namun menggunakan vokal Babel.
4. Aleppo Codex. Disalin pada tahun 900-950 M. Kodeks tertua salinan Masorete ini mencakup seluruh Perjanjian Lama (PL), yang kini dimiliki oleh Israel. Tapi sayangnya, sebagian kodeks ini terbakar pada tahun 1949. Kodeks ini merupakan dasar versi kitab yang diterbitkan oleh Universitas Ibrani di Yerusalem. Sedangkan tanda vokal dan masora-nya diberikan oleh Aaron ben Asher.
5. Leningrad Codex B 19a (Leningradensis, L). Disalin pada tahun 1008 M berdasarkan salinan yang dibuat oleh Aaron ben Asher. Isinya mencakup seluruh PL dan kodeks ini digunakan sebagai dasar Biblia Hebraica edisi ke-3 yang diedit oleh Kahle. 

II. Salinan-salinan Kuno Lainnya
1. Cairo Geniza. Genizah adalah tempat, biasanya kamar, yang tidak lagi digunakan dalam sinagoge untuk membuang kitab-kitab yang tidak terpakai lagi, di mana pada tempat ini juga dibuang tulisan-tulisan bidah. Adapun Cairo Geniza adalah kumpulan salinan orang Yahudi yang dibuat antara tahun 870 dan 1880 M. Kumpulan salinan ini ditemukan di Geniza sebuah sinagoge di Kairo. Salinan-salinan ini terdiri atas jumlah besar buku yang kebanyakan merupakan fragmen. Isinya meliputi tulisan agama, dokumen pengadilan, korespondensi orang Yahudi lokal, dan lain-lain. Ini memberi informasi tentang kehidupan agama, komunitas, pribadi, dan kebudayaan orang Yahudi, juga pemukiman Orang Yahudi di Palestina, serta hubungan orang Yahudi dengan orang Kristen dan orang Islam. Ini sangat berguna untuk mengenal berbagai aspek kehidupan di Mediterania seribu tahun yang lalu. 
2. Codices (Kodeks-kodeks) Erfurt. Kodeks-kodeks ini digunakan oleh John Heinrinch Michaelis untuk menerbitkan PL pada tahun 1720 M. Kodeks-kodeks ini pernah salah dikira berhubungan dengan salinan dari Moshe ben Naphtali yang merupakan Massorete terkenal di Tiberias, di samping keluarga ben Asher. E (Erfurt) 1 mungkin dibuat pada abad ke-14, E2 abad ke-13, dan E3 sebelum abad ke-12 M. 
3. Reuchlin Codex. Kodeks Alkitab tertua di Jerman. Kodeks dengan tradisi ben Napthali ini disalin pada abad ke-12 M.
4. Kitab Gulungan Laut Mati. Dari antara kitab gulungan ini, yang terpenting adalah salinan Yesaya yang berasal dari gua I, Komentari Habakuk dari gua I, gulungan Mazmur dari gua II. Kitab gulungan ini sangat penting, karena jauh lebih tua daripada salinan yang ada sebelumnya.  

III. Kodeks-kodeks Bahasa Yunani.
1. Codex Sinaiticus (Aleph). Disalin pada abad ke-4 M, di mana separuh lebih isinya terdiri atas kitab-kitab PL dan seluruh Perjanjian Baru (PB).
2. Codex Alexandrianus (A). Disalin pada abad ke-5 M. Isinya mencakup seluruh PL, termasuk beberapa kitab Apokripa, dan semua kitab PB serta 1 Clement (kecuali 57:7-63) dan 2 Clement.
3. Codex Vaticanus (B). Disalin pada abad ke-4 M. Isinya mencakup seluruh Alkitab, kecuali Kitab Kejadian 1:1-46:28; Ibrani 9:14-13:12, Surat-surat Penggembalaan, Filemon, dan Wahyu.

IV. Terjemahan Kuno PL.
1. Pentateuch Orang Samaria. Ahli analisis salinan kuno ada kalanya membandingkan Pentateuch orang Samaria dengan Pentateuch versi lain untuk memastikan teks yang lebih dekat dengan yang asli. Pentateuch orang Samaria dibuat sebelum salinan Laut Mati dan salinan terpenting Pentateuch orang Samaria adalah gulungan Nablus. 
2. Targum Aram. Terjemahan bahasa Aram ini pada mulanya adalah berbentuk lisan, dan sebelum abad pertama, terjemahan lisan ini dicatat dalam bentuk tertulis. Namun kemudian hari, orang Yahudi tidak lagi menggunakan bahasa Aram, maka terjemahan ini pun tidak lagi digunakan dalam rumah sembahyang mereka. Targum yang belum diperiksa dan direvisi secara resmi oleh para sarjana Babel, menunjukkan berbagai corak atau sumber. Di antaranya, Targum Palestina yang mempunyai sejarah lebih tua, dan secara resmi, Targum ini akhirnya diterbitkan di Babel pada abad ke-5 M. 
3. Septuaginta. Terjemahan bahasa Yunani ini dibuat di Aleksandria sekitar pertengahan abad ke-3 SM, dan versi ini mungkin diterjemahkan langsung dari salinan kuno bahasa Ibrani. Septuaginta ini digunakan oleh para penulis PB, dan sangat dihormati oleh para bapa gereja. Septuaginta memuat kitab Apokrifa yang tidak terdapat dalam salinan Masorete, di mana Septuaginta membagi isinya ke dalam 4 bagian, yaitu Kitab Hukum, Sejarah, Syair, dan Nubuat. Urutan dan jumlah versi ini sama dengan terjemahan PL yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk kalangan Gereja Protestan. Sedangkan urutan dan jumlah kitab ini tidak sama dengan urutan dan jumlah kitab Yahudi. Dalam kitab Yahudi, kitab pertama adalah Kitab Kejadian dan berakhir dengan Kitab Tawarikh. Jumlahnya sebanyak 24 kitab, karena Kitab Samuel, Raja-raja dan Tawarikh tidak dibagi menjadi dua. Lalu ke-12 Kitab para Nabi Kecil (dari Kitab Hosea hingga Kitab Maleakhi), juga Kitab Ezra dan Kitab Nehemia masing-masing digabung menjadi satu. 
4. Hexapla. Sebelum menulis tafsiran, Origen sudah memulai karyanya, Hexapla, yang menyejajarkan 6 versi PL. Dalam kolom yang paralel, Origen mencantumkan PL bahasa Ibrani, Pl Bahasa Ibrani yang diterjemahkan dengan huruf Yunani, Septuaginta, Aquila (tahun 130 M), Symmachus (tahun 70 M), Theodotion (abad ke-2 M). Versi-versi ini kemudian ditambahkan lagi dia (pada halaman-halaman tertentu bahkan 3) terjemahan Yunani lain. Dengan demikian, Origen dapat menemukana perbedaan PL bahasa Ibrani dan Septuaginta, dan memberikan tanda kepadanya. 
5. Terjemahan Lain. Selain terjemahan di atas, adapula terjemahan lain, di antaranya: versi bahasa Vestus Latina (abad ke-2), yang dikenal dengan Alkitab Latin Tua, merupakan nama kolektif untuk salinan-salinan biblikal dalam bahasa Latin yang ada sebelum Hieronimus, versi Vulgata. Lalu terjemahan Koptik (abad ke-4), di mana bahasa Koptik ini dikenal dalam 4 dialek utama Mesir, yaitu Bohairik, Fayumik, Sahidik, dan Akhmimik. Meskipun PL dan PB telah diterjemahkan ke dalam 4 dialek tersebut, tapi semuanya tidaklah komplit. Terjemahan Etiopia, terjemahan Alkitab ini dilakukan pada abad ke-4 di Cheez.  

Sejarah Singkat Salinan-salinan Alkitab: Perjanjian Baru
    Pada zaman kuno, huruf bahasa Yunani ditulis dengan gaya kursif, yang dilakukan secara lebih bebas dan cepat, di mana gaya tulisan ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menulis surat dan lain-lain. Pada dokumen tersebut sering ditemukan singkatan atau kependekan. Sedangkan untuk menulis sesuatu yang lebih serius dipakai huruf yang formal. Gaya huruf ini diberi nama “unsial” (uncial). Gaya huruf ini mirip dengan huruf besar pada bahasa Indonesia, dan dapat ditemukan pada salinan PB yang dibuat antara abad ke-3 dan abad ke-6 M. Sedangkan pada abad ke-9 M, dipakai huruf kursif yang diperbaharui, yang mirip dengan huruf kecil bahasa Indonesia. Gaya huruf ini disebut “minuskul” (minuscule). Adapun perbandingan antara salinan-salinan yang menggunakan gaya huruf minuskul dengan unsial adalah 10 banding 1. Biasanya, penyalin zaman kuno tidak memberi jarak di antara kata atau kalimat. Sedangkan adanya pemberian jarak kepada kata-kata dan tanda baca baru ditemukan pada sebagian papirus yang disalin pada abad ke-3 M, dan boleh jadi bahwa sampai pada abad ke-8 pemakaian tanda baca masih belumlah populer. Pada salinan-salinan zaman kuno telah ditemukan pembagian pasal. Pembagian seperti ini tidaklah seragam, contohnya, Codex Vaticanus (B) membagi Injil Matius menjadi 170 pasal, sedangkan Codex Alexandrinus (A) berjumlah 68 pasal.
    Jumlah salinan kuno PB jauh lebih banyak daripada salinan kuno PL. Adapun Perjanjian Baru bahasa Yunani yang dicantumkan dalam Polyglot Bible, (yang telah selesai dibuat antara tahun 1514 dan 1517, namun baru diterbitkan di Spanyol pada tahun 1522), yang diedit oleh Francisco Ximenes de Cisneros (1436-1517), merupakan PB bahasa Yunani pertama yang dicetak. Pada tahun 1516, Desiderius Erasmus, seorang humanis Belanda, menerbitkan PB bahasa Yunani. Edisi ini berdasarkan salinan-salinan kuno, yang dibuat pada abad ke-12, dengan hasil yang kurang bernilai. Di tahun 1775-1777, Jakob Griesbach, telah memberikan banyak sumbangsih kepada analisis salinan kuno. Dan setelah Jakob, Karl Lachmann (1793-1851), Lobegoot Friederich Constantin von Tischendrof (1815-1874), B. F. Westcott dan F. J. A. Hort, Bernhard Weiss (1827-1918), von Soden (1852-1914) menerbitkan versi-versi PB dalam bahasa Yunani. 

Berbagai Salinan Dan Terjemahan Alkitab: Perjanjian Baru 
I. Papirus.
1. P45, disalin pada awal abad ke-3.
2. P46, disalin sekitar tahun 200.
3. P47, disalin pada pertengahan atau akhir abad ke-3.
4. P52, salinan tertua dari PB pada awal abad ke-2.
5. P66, disalin pada abad ke-2 awal abad ke-3.
6. P72, disalin pada abad ke-3.
7. P74, disalin pada abad ke-7.
8. P75, disalin pada tahun 175-225. 
II. Salinan Unsial.
1. Kodeks Sinaiticus (‘), disalin pada tahun 340. 
2. Kodeks Alesandrinus (A), disalin pada tahun 450.
3. Kodeks Vaticanus (B), disalin pada tahun 325-350.
4. Kodeks Epharaemi Rescriptus (C), disalin pada tahun 345.
5. Kodeks Bezae (D), disalin pada tahun 450 atau 550.
6. Kodeks Claromontanus (Dp atau D2), disalin pada abad ke-8.
7. Kodeks Basiliensis (E), disalin pada abad ke-8.
8. Kodeks Laudianus (Ea atau E2), disalin pada abad ke-6 atau ke-7.
9. Kodeks Sangermanesis (Ep atau E3), disalin pada abad ke-9 atau ke-10.
10. Kodeks Borcelianus (F), disalin pada abad ke-9.
11. Kodeks Augiensis (Fp atau F2), disalin pada abad ke-9.
12. Kodeks Wolfii A (G atau Kodeks Harleianus), disalin pada abad ke-10.
13. Kodeks Boernerianus (Gp atau G3) disalin pada abad ke-9.
14. Kodeks Wolfii B (H), disalin pada abad ke-9 atau 10.
15. Kodeks Multinesis (Ha atau H2), disalin pada abad ke-9.
16. Kodeks Coislinianus (Hp atau H3), disalin pada abad ke-6.
17. Kodeks Washington (I), disalin pada abad ke-5 atau ke-6.
18. Kodeks Cyprius (K), disalin pada abad ke-9 atau ke-10.
19. Kodeks Mosquensis (Kap atau K2), disalin pada abad ke-9 atau 10.
20. Kodeks Religius (L), disalin pada abad ke-8.
21. Kodeks Angelicus (Lap atau L2), disalin pada abad ke-9.
22. Kodeks Campianus (M), disalin pada abad ke-9.
23. Kodeks Purpureus Petropoliatus (N), disalin pada abad ke-6.
24. Kodeks Sinopensis (O), disalin pada abad ke-6.
25. Kodeks Porphyrianus (Papr atau P2), disalin pada abad ke-9. 
26. Kodeks Nitriensis (R), disalin pada abad ke-6.
27. Salinan S, disalin pada tahun 1949.
28. Kodeks Athous (Sap), disalin pada abad ke-8 atau 9.
29. Kodeks Borgianus (T), disalin pada abad ke-5.
30. Kodeks Mosquensis (V), disalin pada abad ke-8 atau 9.
31. Salinan W, disalin pada abad ke-5.
32. Kodeks Monacensis (X), disalin pada abad ke 9 atau 10.
33. Kodeks Dublinensis (Z), disalin pada abad ke-11.
34. Kodeks Sangallensis (∆), disalin pad abad ke-9.
35. Kodeks Kordethi (Θ), disalin pada abad ke-9.
36. Kodeks Tischendorfianus III (Λ), disalin pada abad ke-9.
37. Kodeks Zacynthius (Ξ), palimpsest; disalin pada abad ke-7 atau 8, kemudian disalin lagi pada abad ke-13 atau 14.
38. Kodeks Petropolitanus (π), disalin pada abad ke-9..
39. Kodeks Rosanensis (Σ), disalin pada abad ke-6.
40. Kodeks Beratinus (Φ), disalin pada abad ke-6.
41. Kodeks Athous Laurae (Ψ), disalin pada abad ke-8 atau 9.
42. Kodeks Athous Dinoysiou (Ω), disalin pada abad ke-8 atau 9.
43. Kodeks Vaticanus 2066 (046), disalin pada abad ke-8 atau 9.
44. Salinan 0171, disalin pada abad ke-4.
45. Salinan 0220, disalin pada abad ke-3 atau 4. 

III. Salinan Minuskul.
    Karena adanya persamaan yang sangat nyata, maka menurut sebagian ahli, salinan-salinan tertentu dapat dikategorikan ke dalam satu rumpun (family, bahasa Inggris, disingkat Fam.). Adapun salinan-salinan tersebut adalah:
- Rumpun (Fam.) 1: Salinan atau manuscript (MS) 1, 118, 131, 209, yang semuanya disalin sekitar abad ke-12 atau 14, yang cocok dengan Kodeks Kordethi (Θ) dan salinan jenis Kaisaria pada abad ke-3 hingga 4. 
- Rumpun (Fam.) 13: MS. 13, 69, 124, 346, 230, 543, 788, 826, 828, 983, 1689, dan 1709, yang semua manuskrip tersebut disalin sekitar abad ke-11 hingga 12. Semua salinan tersebut mencantumkan Injil Yohanes 7:53-8:11, dan salinan-salinan ini pun ada persamaan dengan salinan jenis Kaisaria.
- Rumpun 1424: Selain manuskrip 1424, salinan minuskul tertua dalam rumpun ini adalah M, 7, 27, 71, 115, 160, 179, 185, 267, 439, 517, 659, 692, 827, 945, 990, 1010, 1082, 1188, 1194, 1207, 1223, 1293, 1391, 1402, 1606, 1675, 2191. Salinan-salinan ini ada hubungannya dengan salinan jenis Kaisarea. 
    Selain salinan-salinan Perjanjian Baru di atas, adapula manuskrip 28, 33, 61, 69, 81, 157, 383, 565, 579, 614, 700, 892, 1071, 1241, 1739, 2053, 2344. 
IV. Terjemahan Kuno. Terjemahan kuno Perjanjian Baru yang dianggap penting adalah Siria, Latin, Koptik, Gothis, Armenian, Georgian, Etiopia, Slavonik kuno (bahasa Bulgarian kuno), dan lain-lain.
V. Kutipan-kutipan Penulis, Bapa-bapa Gereja Abad-abad Pertama.
VI. Leksionari atau Teks Yang Dibaca Teraratur Dalam Kebaktian Berdasarkan Kalender Gerejawi. Dalam PB bahasa Yunani edisi modern, salinan jenis ini diberi tanda angka yang dimulai dengan huruf l. Leksionaris mulai digunakan poada abad ke-9.  

Kesimpulan
    Setiap Codex atau versi Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang telah dicantumkan dengan tahun penyalinannya, sebagaimana yang disampaikan di atas, ternyata cukup signifikan dalam mempengaruhi perevisian Alkitab. Dari banyaknya versi Alkitab tersebut, rupanya Roh Kudus yang selama ini digadang-gadang oleh Kristen bahwa ia mampu memberikan ilham kepada para penulis maupun penyalin Alkitab hanya sebuah kedustaan dalam menutupi problematika Alkitab. Dari banyaknya papirus atau Codex Alkitab yang ada, dengan cara seperti apa Kristen mampu merekonstruksi Alkitab, sebagaimana halnya saat ini? Berapa lama, penelitian terhadap manuskrip Alkitab tersebut? Dan, ketika para sarjana sedang melakukan penelitiannya, lalu menggunakan versi Alkitab yang manakah Kristen mengimani Alkitabnya? Ketika para sarjana telah selesai melakukan penelitiannya, versi Alkitab manakah yang benar-benar otoritatif dan bagaimana pula nasib Alkitab yang sebelumnya mereka imani? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, suatu hal yang wajar untuk dijawab oleh orang-orang Kristen, karena pada kenyataannya pihak-pihak Kristen saling berbeda dalam mengandalkan salinan dan terjemahan yang ada, di samping selalu melakukan perevisian Alkitab, yang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kesalahan dalam penyalinannya tersebut.    
   

Dikutip dari karyanya Hasan Susanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (edisi Revisi), (Malang: Departemen Literatur SAAT, 2007), hal. 227-235 dan 246-252.

Comments