Kisah Kelahiran Yesus Menurut Injil

Oleh: Sang Misionaris


Pendahuluan
    Kapan dan di manakah Yesus dilahirkan telah menjadi persoalan yang sangat penting untuk dibahas, karena bagi sebagian Kristen bahwa kelahiran Yesus telah mengalami kesalahan dalam penghitungannya yang disebabkan karena adanya perbedaan kisah kelahiran Yesus menurut Injil Matius dan Lukas, di samping karena adanya kesalahan perhitungan yang dilakukan oleh Dionysius Exiguus. Dalam Injil, berita kelahiran Yesus hanya dikisahkan dalam Injil Matius dan juga Lukas, sedangkan dalam Injil Markus dan Yohanes tidaklah mengisahkan sama sekali tentang kelahiran Yesus. Meski ayat Alkitab tentang kelahiran Yesus terdapat pada kedua Injil tersebut, namun keduanya memiliki narasi kelahiran Yesus yang berbeda. Masa kelahiran Yesus yang sedang kita bahas saat ini, tidak saja menyangkut tentang abad ke berapa Yesus lahir, melainkan menyangkut pula tentang tanggal dan bulan ke berapa Yesus dilahirkan, di samping membahas pula tentang persoalan di manakah Yesus dilahirkan.


Tahun Kelahiran Yesus   
    Suatu hal yang wajar, jika sekiranya ada yang mempertanyakan, tahun berapa Yesus dilahirkan, di mana pertanyaan tersebut bisa saja timbul karena adanya perbedaan narasi di dalam Injil atau bisa juga karena ingin mengetahui tentang awal mula terjadinya tahun dalam Masehi. Adanya perbedaan kisah tentang kelahiran Yesus di dalam Injil, telah membuat para ahli merasa keheranan, karena perbedaan yang terjadi di dalam Injil benar-benar menghasilkan kontradiksi secara jelas dan juga nyata. Seorang dosen di sekolah teologi di wilayah So’e dan Makasar, yakni Duyverman, telah melihat kontradiksi tersebut secara nyata, yang pada akhirnya ia pun mengemukakan pandangannya sebagai berikut: “Mungkin kita berpikir bahwa soal tarikh Perjanjian Baru mudah dipecahkan. Bukankah pada beberapa tempat disebutkan pembesar manakah yang memerintah pada waktu sesuatu peristiwa terjadi (Matius 2:1; Lukas 2:2; Kisah Para Rasul 18:2), bahkan sampai dengan betul? Akan tetapi, kesulitannya bahwa semua karangan itu belum cukup jelas bagi kita, bahkan sering kelihatannya berlawanan……Dalam Lukas 3:1 itu ditulis bahwa Yohanes Pembaptis mulai bersaksi ‘dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius…’. Dari sejarah umum, kita mengetahui dengan pasti bahwa Kaisar Tiberius memerintah dari tahun 14-37. Menurut keterangan ini, Yohanes mulai tahun 29 dan Tuhan Yesus kira-kira tahun 30. Jika hasil ini dihubungkan dengan Lukas 3:23, kelahiran Yesus ditentukan pada tahun 0. Cocok! Demikianlah penanggalan Masehi ditetapkan. Padahal, menurut Matius 2:1 dan Lukas 2:2, Herodes Agung memerintah waktu Tuhan Yesus dilahirkan, dan kita mengetahui bahwa ia wafat pada tahun 4 SM. Jadi, Kristus telah dilahirkan sebelum Masehi? Bagaimanakah itu?”1     
    Tidak hanya Duyverman saja yang meyakini adanya permasalahan terhadap kelahiran Yesus, penafsir Alkitab, seperti halnya Howard Marshall pun memiliki pandangan yang sama. Tentang Matius 2:1, Howard Marshall mengomentarinya, “Raja Herodes (Agung) wafat pada tahun 4 SM. Peristiwa ini tidak harus berarti bahwa itu terjadi segera sesudah kelahiran Yesus, tetapi dua tahun sesudahnya (ayat 16), jadi kelahiran Yesus barangkali tidak lebih lama dari tahun 6 SM.” 2 Sedangkan terhadap Lukas 2:1-2, ia berkomentar sebagai berikut: “Sensus yang dilakukan Agustus menimbulkan masalah-masalah historis….Masalah besar adalah bahwa Kirenius baru menjadi Gubernur Siria pada tahun 6 M, dan waktu itu dia membebankan pajak yang menimbulkan pemberontakan sengit.”3 Jika kita membandingkan narasi yang terdapat dalam Injil Matius dan Lukas, sekaligus memperhatikan pula komentarnya Howard tersebut, tentu saja kebingungan yang dialami oleh Duyverman pun bisa dinilai sangat beralasan dan suatu hal yang wajar pula jika sekiranya kita pun mempertanyakan pula otentisitas Yesus historis terkait tentang kelahiran Yesus yang terdapat di dalam Injil.
    Adanya kisah tentang kelahiran Yesus di masa pemerintahan Raja Herodes, tidak saja terdapat dalam Injil Matius, melainkan terdapat pula pada Injil-injil Apokrifa, seperti: Injil Masa Kecil berbahasa Arab,4 Proto-Injil Yakobus,5 dan Pseudo-Matius.6 Adapun versi lainnya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh kamus Alkitab LAI tahun 2000, dinyatakan bahwa Herodes yang diceritakan dalam Matius (pasal) 2 dan Lukas 1:5, telah hidup dari tahun 37-4 SM. Dari adanya informasi tersebut, maka jelas bahwa Yesus lahir paling lambat tahun 4 SM.7
    Lalu bagaimana tentang kelahiran Yesus menurut Injil Lukas? Berdasarkan narasi yang terdapat dalam Lukas 2:1-7, telah terjadi sensus yang dilakukan oleh Agustus pada tahun 7 M, yang berarti bahwa Yesus telah lahir di tahun tersebut.8 Adanya kisah kelahiran Yesus di dalam Injil Lukas, ternyata telah mendapat dukungan infromasi dari Flavius Josephus, menurutnya, “Kini Kirenius, senator Romawi, dan seseorang yang telah menduduki jabatan lainnya, dan telah melaluinya hinggai ia diangkat menjadi konsul, dan seseorang yang, menurut laporan lain, berwibawa tinggi, datang pada waktu itu ke Suriah, bersama beberapa orang lain, yang dikirim oleh kaisar untuk menjadi hakim atas bangsa itu, dan untuk mencatat harta milik mereka. Coponius, seseorang dari kavaleri, juga dikirim bersamanya, untuk menegakkan kekuasaan atas orang Yahudi. Selanjutnya, Kirenius sendiri datang ke Yudea, yang kini telah digabungkan ke dalam provinsi Suriah, untuk mencatat harta milik mereka, dan untuk menghabiskan uang Arkhelaus” (Josephus, Jewish Antiquities, 18.1.1).9 Meski demikian, adanya informasi tambahan dari Josephus tersebut, justru semakin memperjelas adanya permasalahan atas kelahiran Yesus dan adanya kontradiksi dengan Injil Matius, karena menurut Injil Lukas dan juga Josephus bahwa Yesus telah dilahirkan pada masa Publius Sulpicius Kirenius di Syria, di mana ia sendiri bertugas sejak 6 M.10 Sedangkan menurut Injil Matius, Yesus telah dilahirkan pada masa Raja Herodes.
    Dari adanya permasalahan di atas, maka timbullah pertanyaan, apakah masa bertugasnya Raja Herodes waktunya bersamaan dengan masa bertugasnya Kirenius? Jika Kristen menjawab sama atau mengiyakannya, dikarenakan sejak semula Kristen telah meyakini bahwa isi Alkitab tidak mungkin salah, meski pada kenyataannya terdapat kesalahan dan kontradiksi, tentunya kita pun perlu mengajukan kembali pertanyaan susulan kepada Kristen. Jika keduanya diyakini telah bertugas secara bersamaan, lalu kenapa Injil Matius yang diyakini sebagai tulisan yang independen hanya mengisahkan masa pemerintahan Herodes saja dan mengabaikan masa bertugasnya Kirenius, dan begitu juga sebaliknya terhadap narasi yang terdapat di dalam Injil Lukas. Namun, jika Herodes dan Kirenius memiliki waktu yang berbeda dalam masa bertugasnya, lalu di masa siapakah Yesus dilahirkan, karena jika salah satu informasi yang terdapat di dalam Injil dianggap benar, dan Injil lainnya dianggap salah dalam menginformasikannya, apakah salah satu Injil yang dinilai salah dalam menginformasikan tentang kelahiran Yesus bisa dianggap bahwa penulis Injil tersebut memang tidak mendapatkan ilham dari Tuhan?   
    Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di atas memang begitu sulit untuk dijawab secara logis dan historis oleh Kristen dalam meretas adanya kontradiksi tentang kelahiran Yesus. Namun demikian, masih terdapat upaya dalam mengompromikan permasalahan tersebut, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Howard Marshall, seperti:11
1. Kirenius adalah kesalahan teks dalam naskah Masoret untuk menyebut “Saturnius” (Gubernur Syria, tahun 9-6 SM).
2. Kirenius memerintah lebih dahulu di daerah itu, mungkin bukan di kegurbenuran Syria, sejenis “komisi keliling” di bagian timur kekaisaran.
3. Berkenaan dengan hipotesa ini, karena sensus dan pembebanan pajak memakan waktu panjang, Lukas mungkin menunjuk kepada proses yang dimulai pada masa Herodes dan selesai  pada masa Kirenius.
4. Terjemahan lain yang mungkin adalah bahwa sensus dilakukan sebelum Kirenius menjadi Gubernur Syria.
Setelah Howard memberikan beberapa usulannya seperti di atas, lalu ia pun memberikan kesimpulannya, bahwa tidak ada keputusan tegas di antara kemungkinan-kemungkinan ini yang dapat diterima saat ini. Artinya, adanya berbagai upaya dalam mengompromikan permasalahan tentang kelahiran Yesus selama ini tidaklah bisa diandalkan, di mana usaha yang dilakukan tersebut, semuanya hanya sekedar spekulatif tanpa pernah memberikan solusi yang bisa memuaskan.

Tanggal dan Bulan Kelahiran Yesus
    Terkait tentang adanya berbagai kisah Yesus yang terdapat di dalam Injil, Ian F. Mcneely dan Lisa Wolverton telah memberikan komentarnya sebagai berikut: “Cerita-cerita tentang kehidupan Isa al-Masih dan ajaran-ajarannya diedarkan secara lisan selama beberapa dekade sebelum ditulis. Kita memiliki empat versi yang sangat berbeda tentang keberadaan Isa al-Masih di bumi, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes.”12 Jika kita mengkorelasikan komentar mereka dengan apa yang sedang kita bahas saat ini, ternyata memiliki keselarasan, di mana keempat Injil telah sama-sama mengisahkan tentang Yesus, namun dari kisah yang diangkatnya memiliki perbedaan antara satu sama lainnya, sebagaimana yang terjadi pada masa kelahiran Yesus.
    Adanya permasalahan tentang kelahiran Yesus tidak saja berhubungan dengan tahun kelahirannya Yesus, melainkan berkaitan pula tentang tanggal dan bulan kelahiran Yesus, di mana Kristen pada umumnya meyakini bahwa Yesus telah dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Terkait tentang hal tersebut, Hamid Qadri mengungkapkan, “Sekitar tahun 530 M, seorang pendeta Scythian yang bernama Dionysius Exiguus, yang dikenal sebagai ahli astronomi, ditunjuk untuk menetapkan tanggal dan tahun kelahiran Yesus. Tidak ada informasi dari tangan pertama mengenai tanggal kelahiran Yesus yang sebenarnya.”13 Dari adanya argumen yang telah diusung oleh Hamid Qadri tersebut, ternyata diakui pula kebenarannya oleh Paus Benedictus XVI, menurutnya, ”Perhitungan awal dari kalender kita-berdasarkan pada kelahiran Yesus-dibuat oleh Dionysius Exiguus, yang membuat kesalahan dalam perhitungannya sebanyak beberapa tahun … Tanggal lahir Yesus yang sebenarnya lebih awal beberapa tahun dari 1 Masehi.”14
    Selama beberapa abad lamanya, orang-orang telah percaya pada penghitungannya Dionysius Exiguus. Akan tetapi, para ahli telah menganggap bahwa penghitungannya memiliki kesalahan dikarenakan Dionysius sendiri tidak memiliki data sama sekali tentang kapan Raja Herodes meninggal.15 Adapun penyebab terjadinya kesalahan penghitungan yang dilakukan oleh Dionysius Exiguus, Tano Simamora mengungkapkan, bahwa kesalahan tersebut terjadi karena adanya penolakan Dionysius terhadap perhitungan kalendarium yang digunakan di seluruh bekas Imperium Romanum, yaitu penanggalan dari Kaisar Diokletianus, seorang kaisar yang telah melakukan banyak penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Lebih lanjut Tano Simamora menjelaskan, bahwa Dionysius menolak cara Romawi tersebut dan menetapkan peristiwa kelahiran Yesus sebagai awal tahun yang baru, yakni tahun 1 Anno Domini (Masehi). Dalam penetapan itu, ungkap Tano, Dionysius mengatakan bahwa tahun 1 AD (M) sama dengan tahun 754 AUC. Namun, rupanya perhitungan Dionysius sedikit melenceng. Secara historis diperkirakan Raja Herodes mati pada tahun 750 AUC yang sama dengan tahun 4 SM.16
    Selain Katolik Barat yang telah menyatakan secara jujur bahwa tanggal dan tahun kelahiran Yesus telah mengalami kesalahan dalam penghitungannya, pihak Protestan seperti halnya dari redaksi Majalah Kalam Hidup pun mengakui pula secara jujur bahwa penetapan tanggal 25 Desember merupakan hasil dari sikap politisnya Konstantin, di samping adanya pengaruh kuat dari paganisme. Dalam Majalah Kalam Hidup tersebut diungkapkan bahwa, “…Memang banyak masalah muncul akibat pergantian agama dari agama-agama kafir menjadi Kristen, satu diantaranya adalah dalam hal perayaan hari-hari raya kafir yang ditandai dengan pesta pora. Oleh karena itu, Kaisar Konstantin kemudian memutuskan untuk melakukan ‘pengkristenan’ sebagai tradisi merayakan hari raya kafir tersebut. Karena itu adalah hari raya Saturnalia (penyembahan kepada dewa Matahari) yang jatuh tanggal 25 Desember tersebut diubah menjadi perayaan kelahiran Yesus Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Mengapa Konstantin justu memilih tanggal yang bertepatan dengan Saturnalia, kami tidak tahu persis apa yang menjadi pertimbangannya...Dari sumber yang berbeda menjelaskan bahwa tanggal itu disesuaikan dengan paganisme di Mesir, yaitu penyembahan sebelum adanya agama Kristen. Kebiasaan pagan di Mesir merupakan asal-usul mengapa natal jatuh pada tanggal 25 Desember, karena sebelum Konstantin menjadi Kristen, masyarakat di Romawi bertumbuh dan berkembang dalam adat istiadat paganisme dengan pusat perayaan kafir mereka yang diadakan tanggal 25 Desember...”17
    Dari adanya informasi di atas, maka kita pun bisa mengajukan pertanyaan kepada Kristen, pada tanggal dan bulan berapakah Yesus dilahirkan? Menjawab pertanyaan tersebut, Benyamin Samuel Hakh mengungkapkan, bahwa kebiasaan untuk merayakan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember baru dilakukan pada abad ketiga atau keempat sebelum Masehi. Sebelum itu, ungkap Benyamin, kelahiran Yesus dirayakan pada tanggal 6 Januari sebagai waktu kedatangan orang Majus. Selanjutnya Benyamin menambahkan, menurut catatan Lukas (Luk. 2:1-20), Yesus lahir sewaktu para gembala berada di padang waktu malam. Akan tetapi, karena musim hujan di Palestina biasanya dimulai pada bulan Desember, agaknya tidak mungkin bahwa bulan itu adalah hari kelahiran Yesus. Kapan persisnya kita tidak tahu. Pemilihan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus dalam hubungan dengan perayaan Dies Solis Invicti (Hari Munculnya Matahari) untuk menghormati Dewa Matahari yang dihubungkan dengan Dewa Mithras.18

Di Manakah Yesus Dilahirkan?
    Adanya pertanyaan di manakah Yesus dilahirkan, Matius maupun Lukas telah memberikan informasi kepada kita bahwa Yesus telah dilahirkan di Betlehem, dan Matius telah mengutip Mikha 5:2 untuk menunjukan bahwa Matius 2:6 merupakan penggenapan terhadap sebuah nubuat. Tentang Mikha 5:2, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama mengungkapkan, “Sama seperti Yesaya (7:14), Mikha juga menyoroti ibu dari Raja Daud yang akan datang; dalam Perjanjian, ibu raja memegang peranan penting di istana (1 Raja-raja 1:11-13; 2 Raja-raja 10:13). Tidak disebutnya ayah di sini ditafsirkan oleh para penulis Kristen kuno sebagai petunjuk adanya konsep Mesias yang dijanjikan dari seorang perawan.”19 Dari adanya penafsiran tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa secara konteks sosio-historis, Mikha 5:2 tidak ada sangkut-pautnya dengan apa yang dialami oleh Bunda Maria yang sedang mengandung Yesus. Sedangkan adanya keyakinan bahwa ayat tersebut merupakan penggenapan terhadap nubuat merupakan sebuah hasil penafsiran yang dilakukan oleh para penulis Kristen mula-mula, dalam arti, mereka mencocok-cocokkan frasa yang terdapat dalam Perjanjian Lama, meski apa yang mereka tafsirkan tersebut tidaklah sesuai dengan konteksnya dan tidak pula sebagai saksi mata atas kehamilannya Bunda Maria.
    Secara eksplisit, Matius 2:1 telah menyatakan bahwa Yesus telah dilahirkan di Betlehem. Namun, pada Lukas 2:4 dan Matius 2:23 dikisahkan bahwa Yesus pada awalnya berasal dari Nazareth. Dari adanya perbedaan informasi tersebut, maka timbul pertanyaan yang mendasar tentang tempat kelahiran Yesus, apakah Yesus lahir di Nazareth ataukah Betlehem? Jika Kristen menjawab bahwa Yesus lahir di Nazareth, tentunya narasi yang terdapat dalam Lukas 2:4 maupun Matius 2:23 yang mengisahkan bahwa Yesus lahir di Betlehem, maka bisa dinyatakan salah dalam memberikan informasi, di samping memiliki kontradiksi di dalamnya, dan begitu pula sebaliknya. Adanya informasi yang mengisahkan bahwa Yesus lahir di Betlehem, tidak saja terdapat pada Matius 2:1, melainkan terdapat pula pada Injil Versi Maria.20
    Jika Yesus benar-benar lahir di Betlehem dan sensus yang terjadi pada masa itu sesuai dengan fakta sejarah, tentunya jarak yang harus ditempuh Maria dari Nazareth ke Betlehem sejauh 157,1 Km. Sekarang timbul pertanyaan, pada masa kehamilan berapa bulankah Maria melakukan perjalanan untuk mengikuti sensus yang diadakan oleh pihak Romawi? Karena jika sensus dan perjalanan yang dilakukan oleh Maria sesuai dengan fakta sejarah, tentunya tidak logis jika seorang wanita yang tengah hamil, apalagi masa kandungannya tengah hamil tua, harus menempuh jarak yang begitu jauh untuk mengikuti sensus, di samping memiliki kesan bahwa aparatur pemerintah atau prajurit yang ikut mensukseskan sensus tersebut memiliki jumlah yang begitu minim sampai-sampai rakyat pun harus mengunjungi tempat sensus tersebut.      


Kesimpulan

Adanya perbedaan narasi yang terdapat pada Injil Matius dan Lukas telah memicu para ahli untuk melakukan penyelidikan terhadap kelahiran Yesus. Hasilnya, penelitian yang ada pada akhirnya membantah atas apa yang telah diyakini oleh Kristen pada umumnya, di mana Kristen pada umumnya telah meyakini Yesus lahir pada abad 1 Masehi, lahir di tanggal 25 Desember, dan memberikan bantahan pula bahwa Yesus lahir di Betlehem. Adanya kontradiksi yang begitu jelas terhadap peristiwa kelahiran Yesus yang terdapat di dalam Injil, tetap saja upaya dalam mengompromikan adanya perbedaan dan kontradiksi yang dilakukan oleh para teolog, tidak bisa diandalkan dan bahkan jalan yang ditempuhnya pun berujung pada ketidaksesuaian narasi dengan akal sehat. Jika Injil dinilai sebagai tulisan yang independen, lalu siapakah yang telah salah dalam menginformasikan kelahiran Yesus? Tentunya, pertanyaan tersebut kelak akan diabaikan oleh Kristen, karena jika mereka memberikan jawabannya atas pertanyaan tersebut, justru akan mengakibatkan mereka terperosok ke dalam jurang yang begitu dalam terkait adanya permasalahan otentisitas dan validitas Alkitab, khususnya terkait tentang Injil.



Catatan Kaki:
1. M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hlm. 7.
2. Howard Marshall, Tafsiran Alkitab Abad Ke-21: Jilid 3 Injil Matius Wahyu, terj., A. Munthe dkk., (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017), hlm. 52.
3. Ibid., hlm. 151.
4.http://www.slideshare.net/mobile/nur2008/injil-bahasa-arab-tentang-masa-kecil-sang-penyelamat di akses pada Tanggal 2 Mei 2019.
5. http://www.slideshare.net/mobile/nur2008/injil-yakobus-book-of-james-protoevangelium di akses pada Tanggal 2 Mei 2019.
6. http://www.slideshare.net/mobile/nur2008/injil-pseudomatius di akses pada Tanggal 2 Mei 2019.
7. Masyud SM, Dialog Santri-Pendeta: Sanggahan Terhadap Buku Alkitab Menjawab Karangan Pendeta Petrus Salindeho (Surabaya: Pustaka Da’i, 2008), hlm. 244.
8. Ibid., hlm. 243.
9. Louay Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Qur’an, Alkitab, dan Sumber-Sumber Sejarah, terj., Yuliani Liputo, (Bandung: Mizan, 2012), hlm. 293.
10. Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison (ed.), Tafsiran Alkitab Wycliffe: Vol. 3 Matius-Wahyu, (Malang: Gandum Mas, 2013), hlm. 284.
11. Howard Marshall, op.cit., hlm. 151.
12. Ian F. Mcneely dan Lisa Wolverton, Para Penjaga Ilmu Dari Alexandria Sampai Internet, terj., Irfan Abu Bakar, (Tangerang: Literati, 2010), hlm. 44.
13. Hamid Qadri, Awan Gelap Dalam Keimanan Kristen: Pengaruh Kepercayaan Kuno dan Filsafat Pada Agama Kristen, terj., Masyhur Abadi dan Lis Amalia R, (Surabaya: Pustaka Da’i, 2004), hlm. 125.
14. Masyud SM, Misteri Natal dan Ketuhanan Yesus: Menangkal Propaganda Natal Berkedok Islam, (Tanpa Kota: IDC Publishing, 2017), hlm. 63.
15. M.I. Ananias, Evolusi Kristen, (Yogyakarta: Gelanggang, 2008), hlm. 200.
16. S. Tano Simamora, Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya, (Jakarta: Obor, 2014), hlm. 297.
17. Mengapa Tanggal 25 Desember?, Majalah Kalam Hidup, Desember 2006, hlm. 44-46.
18. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-Pokok Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), hlm. 50.
19. Dianne Bergant dan Robert J. Karris (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 683.
20. Miriam Therese Winter, Injil Versi Maria: Perjalanan Hidup Yesus Dari Perspektif Perempuan, (Jakarta: Fidei Press, 2012), hlm. 33.
      

Comments

  1. Sodara, boleh minta e-book dari semua sumber yang sodara cantumkan? Saya tinggalnya di Papua jadi agak sulit untuk menemukan buku2 yang sodara cantumkan sebagai referensi.

    ReplyDelete
  2. Tempatnya para domba berkumpul Dan menjelek2kan Islam...! NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG MAU SUSTAI hai orang kafir...? Kami orang Muslim punya 1 kitab yaitu Al-Qur'an Dan hanya satu tidak dibagikan bagi karena isinya hanya satu. Sedangkan agama kalian adalah agama yang penuh dengan keraguan kitab suci yang seharusnya menjadi pedoman hidup malah menjadi ajang perdebatan karena berbeda isi Dan berbeda penulis, sungguh injil yang asli diturunkan kepada nabi Isa as telah mengalami banyak perubahan isi, yang awalnya membenarkan Islam Dan nabi muhammad saw, sekarang itu tidak ada lagi. Sungguh kalian orang kafir akan melihat kebenaranya pada hari kiamat, disaster nabi Isa as turun dari surga untuk membunuh dajjal Dan memperlihatkan kepada kalian bahwa di bukan lah tuhan.

    ReplyDelete
  3. kiranya ini menjawab http://www.sarapanpagi.org/kelahiran-tuhan-yesus-yg-ngawur-dlm-injil-vt658.html di web ini dijelaskan lebih rinci shalom.

    ReplyDelete

Post a Comment