Menggugat Keotentikan Injil Matius

Oleh: Sang Misionaris

Pendahuluan
    Sebelum melanjutkan artikel ini, alangkah baiknya para pembaca untuk membaca terlebih dahulu artikel sebelumnya tentang dimana dan kapan Injil Matius ditulis, struktur Injil Matius, dan juga tentang siapakah yang menulis Injil karangan Matius ini. Injil Matius ditempatkan paling pertama dalam Perjanjian Baru, karena Kristen meyakini bahwa Injil Matius merupakan Injil pertama yang ditulis. Meskipun hingga kini, di kalangan para sarjana Kristen masih terjadi perdebatan dalam menentukan Injil pertama, Injil Matius ataukah Injil Markus. Namun, yang menjadi persoalan yang diangkat dalam topik kali ini adalah apakah Injil Matius memiliki otoritas sebagai Firman Tuhan? Jika jawabannya iya, sebagaimana halnya keyakinan Kristen, maka keotentikan Injil Matius bisa dibuktikan dengan tidak adanya sedikit pun permasalahan teks di dalamnya dan tidak ada pula kontradiksi di dalam Injil Matius.
Permasalahan Dalam Silsilah Yesus
    Ketika kita membuka Injil Matius, maka kita akan disajikan dengan silsilah Yesus, yang ditulis dari Abraham hingga Yesus, yang dikenal sebagai silsilah keluarga Yusuf, sedangkan silsilah Yesus yang ditulis dalam Injil Lukas, yang ditulis dari Yesus hingga Allah, dikenal sebagai silsilah yang berasal dari keluarga Maria. Dalam silsilah yang terdapat pada kedua Injil tersebut, maka kita akan mendapati adanya catatan kaki yang disertai dengan ayat-ayat yang terdapat pada Perjanjian Lama sebagai sumber rujukannya. Dengan menyertakan ayat-ayat yang terdapat pada Perjanjian Lama, tidak lain hanyalah sebagai bentuk legitimasi Kristen dalam membuktikan bahwa silsilah yang terdapat pada kedua Injil tersebut telah sesuai dengan apa yang terdapat pada Perjanjian Lama. Namun nyatanya, Injil Matius, misalnya, telah menghilangkan beberapa generasi dalam silsilah Yesus, dan jika keadaannya memang benar demikian, tentu saja Injil Matius telah terbukti sebagai tulisan yang dihasilkan oleh para penulis yang tidak mendapatkan ilham dari Tuhan, yang sekaligus menegasikan pula otentisitas Injil Matius. Lalu, apa yang membuktikan bahwa penulis Injil Matius telah menghilangkan beberapa generasi dalam silsilah Yesus?

1. Pada masa perbudakan di Mesir.
    Nama Hezron, cucu Yehuda, termasuk dalam daftar 70 anggota keluarga Yakub yang melakukan imigrasi ke Mesir (Kej. 46:12), dan Hezron adalah tokoh yang hidup di awal dari tahun 430 tahun perbudakan di Mesir. Selanjutnya, dengan melihat Nahason, anak Aminadab, yang muncul sebagai kepala suku dari suku Yehuda di zaman padang gurun setelah Eksodus (Bil. 2:3, 10:14), kita dapat mengetahui bahwa Nahason, anak Aminadab adalah generasi terakhir yang diperbudak di Mesir. Rahab, seorang perempuan sundal adalah tokoh pada awal penaklukan Kanaan setelah umat Israel masuk ke Kanaan (Yos. 2:1), maka kita dapat mengetahui bahwa Salmon yang menikahi Rahab adalah generasi kedua di padang gurun yang dilahirkan di padang gurun, serta Nahason, ayah Salmon, adalah generasi terakhir yang diperbudak di Mesir.
    Oleh karena itu, selama 430 tahun perbudakan di Mesir, hanya 4 generasi yang dicatat di dalam silsilah Yesus Kristus, yaitu Hezron, Ram, Aminadab, Nahason (Mat. 1:3-4). Jika kita memikirkan bahwa pada kenyataannya jumlah generasi di masa perbudakan ini dari Efraim sampai dengan Yosua adalah 10 generasi (1 Taw. 7:20-27), maka kita akan mengetahui bahwa banyak generasi di dalam 430 tahun perbudakan di Mesir yang telah dihapuskan di dalam silsilah Yesus.  

2. Dari masa penetapan Kanaan hingga Daud.
    Setelah eksodus dari Mesir, umat Israel memasuki Kanaan pada tahun 1406 SM, sedangkan Daud dilahirkan sekitar pada tahun 1010 SM. Dalam kurun waktu yang panjang tersebut, yaitu sekitar 360 tahun, hanya 4 generasi yang dicatat dalam silsilah Yesus, yaitu Salmon, Boas, Obed, dan Isai (Mat. 1:5-6), tidak termasuk Daud. Dalam Alkitab, Salmon dan Rahab dianggap sebagai tokoh-tokoh diakhir zaman Hakim-hakim (Rut 1:1, 4:21-22). Jadi, antara Salmon dan Boas terdapat interval lebih dari 300 tahun.

3. Dalam pemerintahan Raja-raja Yehuda Selatan.
    Dalam silsilah Yesus, terdapat 14 generasi yang dicatat sampai dengan Yosia (Mat. 1:6-11), dan jika membandingkan dengan silsilah pada 1 Tawarikh 311-12, maka akan ditemukan 3 generasi yang telah dihapus, yaitu Ahazia, Yoas, dan Amazia. Selain itu, terdapat pula generasi lain yang telah dihapus dalam silsilah Yesus, seperti Yoahas, Yoyakim, dan Zedekia (Mat. 1:11-12; 2 Tawarikh 36:1, 5, 11).   
    Silsilah Yesus yang ditulis dalam Injil Matius dan Injil Lukas, tidak lain adalah sebuah upaya dalam memberikan legitimasi kepada Yesus bahwa ia adalah anak atau Putra Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Lukas 1:35. Terkait Luk. 1:35, menurut Jerald FD, bahwa pernyataan Lukas tersebut mengingatkan kita terhadap mitos Yunani tentang turunnya para dewa dari Gunung Olimpius untuk menggauli dan menghamili perempuan-perempuan dari golongan manusia biasa. Sedangkan Conzelmann meyakini bahwa konsep keputraan yang dibangun oleh Lukas tidaklah muncul dari Yahudi atau pun dari Kristen di abad mula-mula. Namun, menurut penulis buku An Outline of the Theology of the New Testament, Harper dan Row, bahwa konstruksi keputraan yang dibangun oleh Kristen berasal dari pengaruh politeisme Yunani, sebagaimana halnya kisah kelahiran Hercules.

Adanya Kalimat Sisipan Dalam Injil Matius
    Jika dalam silsilah Yesus yang terdapat pada Injil karangan Matius ditemukan adanya penghapusan atau pengurangan generasi, namun lain halnya dalam ayat-ayat lain yang terdapat pada Injil Matius, yaitu ditemukannya kalimat-kalimat sisipan pada ayat-ayat tertentu dalam Injil Matius. Misalnya:

1. Penambahan Matius 12:7.   
    Dalam perikop yang berjudul Yesus dan sanak saudaranya yang terletak pada Matius 12:47: “Maka seorang berkata kepadanya: Lihatlah, ibumu dan saudara-saudaramu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”Menurut Lembaga Biblika Indonesia, ayat ini tidak asli dengan menyatakan sebagai berikut: “Naskah-naskah yang paling baik tidak memuat ayat ini. Ayat ini nampaknya hanya ulangan ayat 46 dengan meniru Markus dan Lukas. Lihat juga 13:55 dsj.” Sedangkan The Holy Bible New International Version, menyatakan sebagai berikut: “Banyak naskah yang tidak memuat ayat 47.”
2. Penambahan Matius 16:2-3.
    Menurut The Holy Bible New International Version, bahwa naskah-naskah tertua tidaklah memuat bagian terakhir ayat 2 dan seluruh ayat 3. Bahkan, menurut Lembaga Biblika Indonesia, yang terdapat pada Kitab Suci Perjanjian Baru, cetakan Arnoldus Ende menyatakan, bahwa ada sejumlah naskah yang tidak memuat ayat 2b-3.
3. Penambahan Matius 17:21.
    Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) telah memberikan kurung pada ayat tersebut, begitu pula halnya dengan Lembaga Biblika Indonesia yang memberikan penjelasan sebagai berikut: “Ayat ini tidak asli dalam Matius, tetapi diambil dari Markus 9:29 dengan ditambah: dan berpuasa.” Bahkan, The Holy Bible New International Version, telah membuang semua ayat tersebut sekaligus membuang pula nomor ayatnya, yang mengakibatkan sesudah ayat 20 langsung ke ayat 22.  
4. Penambahan ayat pada Matius 18:11.   
    Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) telah memberi kurung pada ayat tersebut dan begitu pula Lembaga Biblika Indonesia dengan memberikan penjelasan sebagai berikut: “Ayat ini tidak terdapat dalam kebanyakan naskah Matius. Kiranya tidak asli dan diambil dari Lukas 9:10. Bahkan, The Holy Bible New International Version, sama halnya seperti yang terdapat pada Matius 17:21, versi Alkitab tersebut pun telah membuang isi dan nomor ayat tersebut.
5. Penambahan ayat Matius 21:44.
    LAI telah memberikan kurung pada ayat tersebut, sedangkan Lembaga Biblika Indonesia memberikan penjelasannya sebagai berikut: “Ayat ini tidak terdapat dalam naskah-naskah yang paling baik, sehingga kiranya tidak asli. Diambil dari Lukas 20:18.  The Holy Bible New International Version menyatakan: “Beberapa naskah kuno tidak memiliki ayat 44.” Sedangkan Christian Counselors telah membuang ayat tersebut dan memberikan catatan kaki dengan keterangan: “Ayat 44 dibuang oleh naskah-naskah terbaik.”
6. Penambahan Matius 23:14.
    Sama halnya dengan ayat-ayat di atas, LAI pun telah memberikan pula tanda kurung pada ayat ini, sedangkan Lembaga Biblika Indonesia menyatakan: “Ayat ini tidak asli dalam Matius. Disisipkan ke dalam dengan diambil dari Markus 12:40; Lukas 20:47. Kalau ayat 14 dihapus, maka jumlah kutukan yang dilontarkan Yesus ini menjadi genap tujuh, bdk 6:9+." Adapun The Holy Bible New International Version telah menghilangkan deretan ayat ini pada pasal 23, kemudian menaruhnya pada catatan kaki. Sedangkan Christian Counselors New Testament membuang ayat ini dengan memberikan komentar: “Ayat 14 dibuang oleh naskah-naskah terbaik.”
7. Penambahan pada Matius 27:35.   
    Pada Alkitab Edisi Indonesia, ayat tersebut berbunyi: “Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaiannya dengan membuang undi…” Namun, dalam King James Version, bertuliskan: “Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaiannya dengan mebuang undi, supaya genaplah apa yang dikatakan oleh Nabi: Mereka membagi-bagikan pakaianku diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubahku.” Sedangkan dalam Lembaga Biblika Indonesia menyatakan: “Ayat 35 membuang undi. Sejumlah naskah menambahkan: supaya genaplah apa yang dikatakan oleh Nabi: Mereka membagi-bagikan pakaianku diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubahku (Mazmur 22:19). Ini sebuah sisipan yang diambil dari Yohanes 19:24.”
8. Penambahan ayat-ayat terakhir pada bagian akhir Injil Matius.
    Sebenarnya, Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15, sedangkan lima ayat berikutnya yaitu 16-20, adalah ayat-ayat sisipan atau tambahan yang ditambahkan oleh pihak gereja di kemudian hari. Mengenai ayat-ayat yang baru ditambahkan oleh gereja ini, Hugh J. Schonfield, seorang nominator yang mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament, menyatakan sebagai berikut: “Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian.”  

Kesimpulan
    Dari adanya penghapusan generasi yang terdapat dalam silsilah Yesus, dan juga adanya sisipan-sisipan dalam Injil Matius, apapun alasannya, hal tersebut telah membuktikan bahwa penulis Injil Matius bukanlah muridnya Yesus yang tidak pula mendapatkan ilham dari Tuhan, dan sekaligus menjungkirbalikan doktrin Alkitab yang selama ini diyakini oleh Kristen. Jika satu naskah dianggap salah, sedangkan naskah lain dianggap benar oleh Kristen karena dianggap sebagai hasil penerjemahan yang terbaik, maka apakah proses penyalinan yang selama ini terjadi masih membuktikan adanya ineransi dan infabilitas Alkitab? Jika Kristen menjawab iya, tentunya itu adalah suatu keyakinan yang absurd, karena bagaimana mungkin suatu kebenaran bisa dianggap benar ketika didapati dua sisi yang memberikan kesaksian yang berbeda. Dan, jika Kristen menjawab tidak, maka bisa dikatakan bahwa penerjemahan yang selama ini dianggap benar oleh Kristen merupakan hasil kontemplasi dalam mencocok-cocokkan penerjemahan yang ada dengan keimanan mereka selama ini.

Kepustakaan
Masyud, SM. 2008. Dialog Santri dan Pendeta: Sanggahan Terhadap Buku Alkitab Menjawab Karangan Pendeta Petrus Salindeho. Surabaya: Pustaka Dai.
Park, Abraham. 2012. Pelita Perjanjian Yang Tak Terpadamkan. Terj. Youn Doo Hee. Jakarta: Grasindo dan Yayasan Damai Sejahtera utama.
Wasian, Abdullah. 2013. Dialog: Memahami Keimanan Kristen-Islam. Surabaya: KH. Abdullah Wasian Foundation.

Comments